ITS News

Minggu, 12 Mei 2024
12 November 2007, 16:11

Belum Layakkah Bung Tomo Disebut Pahlawan Nasional?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Nama Bung Tomo masih terngiang semenjak saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tiap kali peringatan hari Pahlawan yaitu tanggal Sepuluh Nopember, nama Bung Tomo selalu disebut-sebut, sudah identik-lah. Akrab sudah di telinga bahwa Bung Tomo adalah pahlawan penyulut kobaran api perjuangan melawan penjajah, terutama kala itu bagi arek-arek Suroboyo.

Dalam berita, pada hari Jumat (9/11) kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengumumkan pahlawan baru di Istana Negara. Mereka adalah Mayjen TNI (pur) dr Adnan Kapau Gani, pejuang dari Sumatera Selatan; Mayjen TNI (pur) Prof Dr Moestopo, pejuang dari Jawa Timur; dan Brigjen TNI (Anumerta) Ignatius Slamet Rijadi, pejuang asal Jawa Tengah dan Dr Ide Anak Agung Gde Agung, pejuang dan diplomat dari Bali. Namun, di antara empat nama yang disebutkan presiden itu, terlihat bahwa nama Bung Tomo kembali tak masuk dalam daftar.

Menggeliat dalam pikiran saya, ternyata Bung Tomo (yang sering di elu-elukan arek Suroboyo itu) hingga sekarang tidak diakui pemerintah sebagai pahlawan nasional? Padahal, nyawa sudah dipertaruhkan Bung Tomo demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau adalah pengobar semangat juang arek-arek Suroboyo pada pertempuran Sepuluh Nopember.

Amat berharganya pengorbanan beliau dan pertempuran pada hari itu. Hingga Sepuluh Nopember pun diagungkan sebagai Hari Pahlawan. Selain itu, juga dinobatkan sebagai nama institusi Perguruan Tinggi terbesar di wilayah Timur yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember (kerapkali akrab dikenal dengan singkatan ITS).
—–
Alasan Klise dan Sepele
Yang tak lazim, alasan pemerintah tidak memberikan gelar itu pada Bung Tomo yaitu adanya persyaratan administrasi yang belum dipenuhi untuk mengusulkan Bung Tomo menjadi pahlawan nasional. "Bung Tomo belum diseminarkan di daerah. Nanti kalau sudah diseminarkan, akan diteliti oleh Badan Penelitian Pahlawan Pusat," ujar Yusrizal, Direktur Kepahlawanan, Kejuangan, dan Keperintisan Departemen Sosial. Yusrizal juga mengakui belum pernah mengusulkan nama Bung Tomo menjadi pahlawan nasional.

Di benak saya, ternyata birokrasi berbelit juga terjadi pada kejadian semacam ini. Untuk apa? Tidakkah pemerintah melihat pengorbanan dan perjuangan Bung Tomo? Tidak layakkah beliau dianugrahi sebagai pahlawan nasional? Hanya karena belum pernah diusulkan dan belum diseminarkan? Padahal, nama Bung Tomo sudah ‘beken’ sejak lama.

Atau gara-gara alasan Bung Tomo pernah mengkritik Soekarno dan Soeharto ketika keduanya menjabat menjadi presiden? Saat Orde Baru, Bung Tomo memang juga pernah mengkritik Soeharto soal pemerataan pembangunan. Hal ini pun membuat Soeharto marah dan memenjarakan Bung Tomo. Susah ya, bagi orang-orang tidak mau dikritik untuk kemajuan. Atau karena wasiat Bung Tomo yang ingin dimakamkan di Pemakaman umum dan tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, sehingga membuat pemerintah tersinggung?

Bagi saya, memang gelar tidaklah penting. Namun, saya pikir rakyat telah menganggap Bung Tomo sebagai pahlawan nasional. Alasan-alasan pemerintah di atas, menurut saya, agak klise dan amat sepele jika dijadikan alasan. Saya yakin, rakyat Indonesia (apalagi arek Suroboyo) pasti sepakat jika Bung Tomo layak dianugerahi gelar pahlawan nasional. Apakah layak, ketika hari pertempuran Sepuluh Nopember itu diperingati, tapi tokoh yang amat bersejarah ini terlupakan dan tidak dianggap?

Penulis:
Thina Ardliana
thina@matematika.its.ac.id
Mathematics ITS angkatan 2003
“Bahkan dalam Letihnya pun Para Pahlawan tetap tersenyum, karena Apa yang Ditunaikan menjadi Jaminan Bermanfaatnya Usia dan Bermaknanya Kenidupan”

Berita Terkait