ITS News

Selasa, 15 Oktober 2024
06 September 2007, 04:09

Usia Tak Kurangi Semangat, Raih Cumlaude

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagai tenaga pengajar, Murtijas sangat menyadari tuntutan untuk terus menerus melakukan pembelajaran dan peningkatan ilmu. Wanita kelahiran Kediri 4 Desember 1951 ini juga menganut sebuah pepatah yang juga membuat dirinya melanjutkan kuliah ke jenjang Magister. ”Saya melanjutkan S2 karena saya menganut pepatah carilah ilmu selama tidak mengganggu ibadah,” tutur wanita yang telah 27 tahun menjadi dosen ini.

Meneruskan S2, bagi Murtijas tidak hanya untuk menambah ilmu tapi juga menambah percaya diri. ”Dengan meraih gelar magister ini juga meningkatkan rasa percaya diri saya diantara rekan-rekan sejawat dan mahasiswa,” ujar istri dari dosen Teknik Industri ITS Ir Sritomo Wingnyosoebroto MSc ini.

Diungkapkannya, teman sejawatnya saat ini bahkan sudah banyak yang meraih gelar doktor. Bahkan yang dulunya anak didik Murtijas, kini mengajarnya di S2. ’’Rasanya ya lucu saja. Sebenarnya dulu mereka mahasiswa saya, sekarang saya jadi mahasiswa mereka, tapi mereka memang ilmunya lebih banyak,’’lanjut wanita yang menjadi dosen karena terinspirasi profesi suaminya ini.

Bagi ibu dari dua putra dan satu putri ini, prestasi cumlaude yang diraihnya ini dirasa biasa saja. Murtijas mengaku selama kuliah tidak pernah menarget lulus dengan predikat dengan pujian (cumlaude). Murtijas tidak begitu memusingkan nilai yang didapat. Orientasinya selama kuliah hanya mencari ilmu. ”Intinya saya belajar bukan mencari nilai.” tegas mantan Pembantu Dekan III FTSP ITS periode Dekan Prof Dr Ir Nadjadji Anwar MSc.

Program alur yang menjadi pilihan Murtijas di Magister Arsitektur tidak memiliki banyak peminat. Itu menjadikannya spesial karena hanya dia satu-satunya mahasiswa yang mengambil bidang alur Kritik dan Perancangan Arsitektur. Dengan begitu, Murtijas merasakan bagaimana kuliah private. ”Saya hanya sempat merasakan kuliah bersama mahasiswa lain pada mata kuliah umum,” katanya.

Menjadi mahasiswa tunggal di kelas dikatakan Murtijas mempunyai sisi menarik juga ada kekurangannya. ”Saya di kelas tidak punya saingan. Jadi nilai pun selalu jadi yang terbaik karena tidak ada saingannya,” katanya.

Sementara kekurangannya, imbuh wanita yang sering kali mendesain rumah tinggal kerabatnya ini, dia tidak memiliki partner untuk diskusi dan sharing data. Model perkuliahan yang dialaminya juga lebih banyak diskusi dan presentasi. ”Bahkan pernah di satu mata kuliah ada tiga dosen dan mahasiswanya hanya saya,” kenangnya.

Meski juga berstatus dosen Arsitektur ITS, Murtijas mengaku tidak ada dispensasi dalam hal nilai. Terkadang, diakuinya ada rasa sungkan dari pengajarnya yang notabene mantan anak didiknya. ”Saya tidak minta dispensasi. Saya berusaha sebisa mungkin agar hasilnya lebih baik,” katanya.

Posisinya sebagai mahasiswa yang spesial itu, dikatakan Murtijas menjadi beban berat tersendiri baginya. Namun berkat kerjakerasnya, selama kuliah di S2, mata kuliah yang diambil Murtijas banyak mendapatkan nilai A. Hanya dua mata kuliah, dia mendapatkan nilai AB.

Dalam thesisnya meraih Magister, Murtijas mengambil judul Kajian Form Follow Function dan Perkembangannya di Indonesia Sekitar Tahun 70-an Studi Kasus Karya Ir Haryono Sigit BS. Dalam karyanya itu Murtijas mendapat bimbingan dari Ir Hari Purnomo MSc Building dan Ir Josef Priyotomo M Arch. ”Saya mengambil judul thesis itu karena saya suka dengan filsafat,” katanya.

Dia mengambil contoh kasus dengan menelusuri jejak karya anak bangsa, Ir Haryono Sigit, Arsitek yang juga mantan Rektor ITS. ’’Kebetulan karya-karyanya beliau masih banyak yang belum berubah. Saya juga dapat banyak masukan dari sang arsiteknya langsung,’’ujarnya.

Murtijas mengaku terkesan dengan slogan Form Follow Function. Slogan yang muncul pada abad 19 ini masih bisa bertahan hingga sekarang. ’’Itu yang ingin saya buktikan, apakah slogan ini masih tetap ada saat ini, dan ternyata memang masih,’’lanjutnya.

Murtijas mulai menimba ilmu di jurusan Arsitektur ITS tahun 1971. Dan mendapatkan gelar insinyur delapan tahun kemudian. Di tahun 1980 dia mulai mengajar di almamaternya. Sampai saat ini Murtijas telah menjadi dosen di beberapa mata kuliah, sebut saja; Perkembangan Arsitekttur Klasik, Perkembangan Arsitektur Modern, Struktur dan Bentuk serta Studio Struktur dan Bangunan.

Minggu (9/9) Murtijas akan diwisuda di Graha ITS bersama wisudawan lain dari program S3, S2 dan D3. Kedepannya, Murtijas akan kembali mengajar di jurusannya. Untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi Murtijas menyatakan juga mempunyai keinginan. ”Jika ada waktu dan kesempatan saya tentu ingin melanjutkan,” katanya mantap.(asa/rif)

Berita Terkait