ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
28 Juli 2007, 14:07

Buka Persewaan Buku Lantaran Hobi Baca

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Meskipun kecil, bangunan yang terkesan bersih karena didominasi warna putih ini menawarkan hampir ribuan koleksi bukunya untuk disewakan. Mulai dari komik yang ringan hingga buku-buku filsafat dan humaniora yang terkesan berat. Novel pun tidak kalah banyak, buku-buku karangan Nora Roberts cukup mudah ditemui di sini, atau mungkin ingin membaca serial Harry Potter terbaru Harry Potter and the Deathly Hallows juga sudah tersedia.

Beberapa buku unik yang jarang ditemui di pasaran juga dapat ditemukan di tempat persewaan buku Slum 40 ini. Sebut saja beberapa novel James Redfield, karya lama Tan Malaka, atau mungkin novel grafis Eric Shanower yang berjudul A Thousand Ships sangat menggoda untuk dibaca.

Ini semua bermula dari kegemaran Dwi Oktrisna membaca, mahasiswa Teknik Sipil ITS yang koleksi bukunya bertumpuk dan niat tulusnya untuk memberikan fasilitas membaca bagi mahasiswa lain mewujud dengan dibentuknya Slum 40. ”Ini kami lakukan untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa lain”, ucapnya.

Awal berdirinya, persewaan buku yang didirikan mahasiswa yang akrab disapa Tresno ini bernama Kampus Komik GM, dan awalnya hanya menyewakan komik-komik koleksinya. Merasa tidak berkembang, akhirnya Tresno bersama Tomy dan Alex, rekannya yang menyumbangkan ratusan koleksi buku untuk disewakan, mendirikan Slum 40.

Saat ini Slum 40 memiliki konsep persewaan buku dan distro, label yang digunakan dalam produk fashionnya pun menggunakan nama yang sama. Satu yang menarik adalah buku-buku yang tersedia semuanya adalah partisipasi dari mahasiswa ITS yang menitipkan buku di Slum 40.

”Bagi mahasiswa yang memiliki koleksi buku dan ingin disewakan bisa dititipkan di Slum 40, nantinya ada pembagian hasil 30 persen untuk pemilik buku”, ujar Tresno yang juga penggemar komik Yugo ini. Tresno juga mengatakan sudah ada beberapa mahasiswa yang tertarik untuk menitipkan buku, bahakan ada juga mahasiswa yang menitipkan koleksi DVD kesayangannya di sini.

Sedangkan untuk kaos dan jeans yang ada di Slum 40 didesain langsung oeh Alex yang merupakan alumni Desain Produk Industri ITS. Kaos dengan label Slum 40, seperti yang diakui Alex, memiliki ciri khas dan selalu ada pesan yang disisipkan. Alex pernah mengeluarkan seri desain kaos dengan tema Save the Earth yang mengkampanyekan penghijauan, ada juga tema unik Against Poverty yang pernah diluncurkannya sebagai simbol simpati terhadap kemiskinan. ”Sederhana, menarik, dan radikal,” ungkapnya terhadap desain ini sembari tersenyum.

Tomy salah satu owner Slum 40 mengatakan bahwa tujuan dari berdirinya Slum 40 adalah untuk merangsang minat baca mahasiswa ITS. Layaknya mengamini, Komet, salah satu pengunjung Slum 40, mengatakan bahwa ia banyak mendapatkan banyak bahan bacaan yang menarik dari Slum 40. Dua mahasiswa Teknik Sipil yang malam itu ikut berdiskusi, Tombol dan Mambo, juga mengatakan bahwa kegiatan diskusi yang diadakan Slum 40 membuka ruang wacana mereka lebih luas.

Itulah Slum 40, berjuang dari Gang Makam nomor 10 A dengan seluruh kesederhanaannya dan berteriak dengan lirih, mengajak para mahasiswa ITS untuk giat membaca. (ap/rif)

Berita Terkait