ITS News

Minggu, 28 April 2024
11 Juni 2007, 21:06

Zia, Juara LKTM yang Antusias Belajar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Walaupun masih berstatus Mahasiswa baru (Maba), Zia telah memenangkan Lomba Karya Tulis Mahasiswa mulai tingkat Maba, institut, hingga tingkat Regional C. Selanjutnya dia akan mewakili ITS di Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke 20 di Lampung, Juli 2007 ini.

Niat Muhammad Zia untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) ini berawal dari keinginannya mendalami konsep-konsep penataan ruang kota yang pernah dia baca di Perpustakaan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Hingga Mahasiswa Baru asal Riau ini membaca Konsep Vertical City milik Le Corbusier, ahli tata kota Prancis.

Dia mengkritisi kelemahan konsep tersebut, yaitu menjadikan perjalanan cukup jauh antara vertikal build yang satu dengan yang lain. Permasalahan ini ternyata dapat dipecahkan dengan konsep Compact City.

Compact City menyediakan fasilitas perkotaan secara lengkap dalam satu komplek bangunan, sehingga penghuni kota tersebut tidak perlu melakukan perjalanan keluar komplek untuk bekerja, belanja, rekreasi, atau bahkan berkebun, sebagaimana penerapan konsep ini di Jepang.

Dia menganalogikan solusi ini dengan permasalahan transportasi kota-kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya. Solusi tersebut dia kemas dalam karya tulis berjudul Konsep Compact City sebagai Solusi Permasalahan Transportasi Kota Surabaya.

Maba yang murah senyum ini cukup rajin membaca buku-buku di perpustakaan jurusan. "Sampai-sampai saya pernah dibilangai sama mbak Ika (pegawai prodi PWK), masih semester dua kok bacaannya sudah kayak gitu," ungkap Zia berbagi pengalaman. Selain itu, dia senang browsing Internet untuk artikel-artikel mengenai konsep pembangunan kota.

Untuk menyelesaikan karya tulisanya, Ziya rutin berkonsultasi dengan dosen pembimbing. "Pertama kali konsultasi banyak salahnya," ungkapnya.

Keberadaan Dosen pembimbing ini sangat penting menurutnya, karena selain membimbing karya tulis, juga sering memberikan semangat. "Pak Aris (dosen pembimbing Zia-red) tahu kalau saya sering nervous. Untuk itu dia selalu bilang sama saya jangan pikirkan menangnya, itu bukan urusan kita. lakukan aja yang terbaik!" terangnya tentang dosen ini.

Antusias Zia belajar di PWK bukan karena sesuai dengan cita-citanya sejak kecil. Cita-cita awalnnya adalah menjadi astronot. Semangatnya muncul justru karena keinginannya untuk bisa bekontribusi di daerah asalnya, akhirnya dia memilih jurusan yang belum ada di Riau. Pilihannya jatuh pada PWK. "Saya ingin mencari jurusan yang di Riau tidak ada, sehingga setelah lulus nanti bisa langsung berkontribusi di Riau," ungkapnya.

Antusias tersebut meningkat Setelah mengalami perkuliahan di semester pertama. Dia merasa pililhannya ini tepat. Selain itu, banyaknya ilmu baru yang berkembang di Jurusan PWK menambah kesenangan tersendiri pada Zia. "Di PWK itu banyak ilmu baru yang berkembang. Semuanya sangat baik dan bermanfaat kalau ilmu di PWK ini dikuasai dan diterapkan untuk pembangunan," tukasnya.

Peran ilmu PWK, bagi Zia, sangat strategis dalam memajukan sebuah negara. Karena kemajuan sebuah negara bisa dilihat dari kotanya. "Maju tidaknya sebuah negara tercermin dari kotanya, sehingga sebenarnya Perencanaan Wilayah Kota punya peran besar untuk memajukan negara," tambahnya.

Hal ini yang sebenarnya menjadi tantangan bagi para perencana kota. Untuk memajukan negara, mereka dituntut untuk melahirkan ide-ide pembangunan, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah kota di suatu negara. "Planner (perencana kota-red) harus bisa berutopia, bukan konservatif. Bukan kota yang biasa-biasa yang dihasilkan. kalau biasa-biasa aja selain perencana kota juga bisa," terang Zia.

Dia mencontohkan kota kompak. "Awalnya kota kompak memang ide utopis, tapi konsep ini berhasil diterapkan di Jepang yang mana permasalahan tata guna lahan jauh lebih komplek dan mahal dari pada di Surabaya," terangnya. Tugas Perencana kota lainnya adalah menciptakan dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, yang mana aspek ekonomi tetap menjadi perhatian tanpa melupakan aspek-aspek lingkungan alam.(mac/rif)

Berita Terkait