ITS News

Minggu, 28 April 2024
05 Juni 2007, 10:06

Aktivis dan Asisten Dosen yang Jadi Mawapres

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Satu lagi aktivis yang tercatat berprestasi. Adalah Evie Dian Pratiwi, mahasiswi jurusan Statistika FMIPA angkatan 2004, yang ditetapkan menjadi Juara II Mawapres ITS tahun 2007. Bahkan, Evie pun bisa membuktikan bahwa dengan segudang organisasi dan pengalaman pelatihan didapatkan, tetap membuatnya meraih IPK terakhir 3,85.

Berbagai riwayat organisasi pernah diterjuni mahasiswi asal Sumenep, 9 Januari 1987 ini. Diantaranya KAMMI (Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia) 10 Nopember, Himasta (Himpunan Mahasiswa Statistika) ITS, JMMI (Jamaaah Masjid Manarul Ilmi) ITS dan Fosis (Forum Studi Islam Statistika). ”Yang paling lama sih di KAMMI, tiga tahun. Mulai dari saya menjadi mahasiswa baru saya sudah di sana,” papar Evie.

Tak hanya lingkup ITS saja, Evie pun hingga sekarang menjabat sebagai sekretaris koordinator Badan Pengawas IHMSI (Ikatan Himpunan Mahasiswa Statistik Indonesia) periode 2006-2008. ”Selain itu, saya sekarang juga diamanahi menjadi sekretaris departemen Kominfo BEM MIPA ITS,” tandas alumni SMT 3 Pamekasan Madura ini.

Tentang prestasi akademik, tak diragukan lagi. Evie meraih IPS tertinggi semester satu hingga lima berturut-turut untuk angkatan 2004 jurusan Statistika MIPA ITS. Menurut Evie, dirinya sebenarnya menargetkan lulus cepat.

”Nggak ada ambisi jadi Mawapres. Sebenarnya, targetku sih lulus 3,5 tahun saja. Tapi teman-teman dan dosen malah mendukung maju Mawapres. Ya akhirnya coba-coba ikut aja,” komentar mahasiswi berjilbab ini.

Dengan menjadi mawapres, kata Evie, dirinya ingin menunjukkan bahwa bentuk nyata perubahan tak hanya sebatas teori saja. ”Perubahan itu harus dilakukan step by step, ini langkah pastinya. Dan juga tak hanya pintar teori saja tanpa bisa berkontribusi. Jadi bagusnya melakukan yang lebih, misalnya memberi bimbingan ke adik-adik,” tutur mahasiswi yang mengaku hobi ikut aksi ini.

Evie pun mengatakan, jika mawapres sekedar dinilai dari segi Bahasa Inggris dan IP saja, maka semua orang pasti bisa. ”Tapi bagaimana seorang mahasiswa itu bisa menyeimbangkannya, antara kecerdasan emosi, dan aktualisasi kepada pengabdian masyarakat,” komentar Evie yang juga menjadi asisten dosen ini.

Selain itu, imbuhnya, tak hanya juga aktivis tapi akademis yang juga baik. ”Idealnya sih aktivis jalan, akademis Ok, dan juga dia mampu biayai diri sendiri (mandiri, red). Selain itu, harusnya dia tahu juga tentang keormawaan, jadi banyak yang mahasiswa yang tahu kinerjanya,” pungkas Evie. (th@/rif)

Berita Terkait