Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Teknik Lingkungan Surabaya (FORMALIN), menggelar aksi damai mengangkat isu tentang pemanasan global (global warming) dunia. Diangkatnya isu tersebut dipicu keprihatinan mahasiswa terhadap pemanasan global yang semakin meluas dan telah dapat dirasakan dampaknya sekarang.
Ajakan untuk memperbaiki bumi dari kerusakan terdengar lantang dari setiap orasi yang disampaikan. Keluhan tentang bumi yang semakin panas dan ajakan untuk menangani pemanasan global tidak hanya disampaikan lewat orasi tetapi juga dari poster dan spanduk yang dibentangkan, serta pamflet yang dibagikan kepada pengendara yang melintas.
Dalam aksi damai tersebut juga dibagikan 700 bibit pohon mahoni bantuan dari Bapedas Sungai Brantas dan Departemen Kehutanan. Bibit pohon dibagikan kepada pengendara yang melintas dan masyarakat yang kebetulan sedang berada di Taman Bungkul. Antusisme masyarakat terlihat jelas karena sebentar saja bibit pohon sudah habis. Diharapkan beberapa tahun mendatang, bibit pohon yang ditanam masyarakat dapat membantu mengurangi masalah pemanasan global. ”Kami ingin mengajak masyarakat untuk turut berperan serta dalam menangani masalah pemanasan global”, jelas Rohadi Prastiawan, ketua HMTL ITS.
Aksi yang digelar ini berusaha menyadarkan masyarakat tentang dampak berbahaya yang ditimbulkan pemanasan global. Dampaknya yaitu suhu permukaan bumi yang semakin panas dan perubahan iklim yang tak menentu. Dari kedua dampak itu juga dapat berakibat kepada dampak lainnya yang sudah dapat dirasakan sekarang, yaitu mencairnya es di kutub, kenaikan permukaan air laut, meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir, serta dampak lainnya.
Pemanasan global sendiri timbul karena adanya efek rumah kaca karena panas dari matahari terperangkap di atmosfer bumi oleh beberapa gas penangkap panas. Salah satunya yaitu karbondioksida yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil untuk kendaraan bermotor dan pembangkit listrik serta kebakaran hutan. Gas lain yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yaitu nitro oksida yang dihasilkan dari pemakaian pupuk buatan dan gas yang dihasilkan dari proses produksi beberapa industri.
Apabila efek rumah kaca tidak segera ditangani, maka pada tahun 2100 diprediksikan temperatur atmosfer akan meningkat 1,5-4,5°C. Hal itu akan mengakibatkan permukaan air laut naik hingga 15-95 cm yang menenggelamkan daerah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil. Dampak lainnya dapat mengakibatkan musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati. Sudah saatnya masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan yang semakin parah.(key/asa )
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung