Bertajuk Perkembangan Paradigma dalam Penanganan Sampah Kota dan Kontribusinya terhadap Pencapaian Millenium Development Goals (MDG), Yulinah mencoba menyelesaikan permasalahan sampah kota dan limbah B3 yang sebenarnya berhubungan dengan MDG yang ditandatangani oleh 149 kepala negara dalam UN Millenium Summit. “Pada karya ilmiah ini, saya akan terfokus pada kajian kntribusi penanganan sampah kota dan paradigma yang berkembang terhadap MDG, serta rekomendasi yang diperlukan,” ujar Yulinah mengawali pidatonya.
Mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, infeksius, dan korosif, jika limbah memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik tersebut maka limbah tersebut dikategorikan sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sampah B3 yang dibuang bersama sampah lainnya dapat masuk ke dalam lingkungan tanah, air, dan udara, yang pada akhirnya menembus rantai makanan. “Kontaminan beracun yang masuk ke rantai makanan tadi pada akhirnya dapat mempengarui kesehatan manusia,” lanjut Yulinah, yang pernah menjabat Ketua Jurusan Teknik Lingkungan ini.
Dengan memisahkannya dari sampah kota serta pengelolaan yang baik, efek tersebut dapat dikurangi. Oleh karenanya paradigma lama penanganan sampah kota yang terdiri dari Pengumpulan-Pengangkutan-Pembuangan (P3) yang bergeser ke pola Pemilahan-Pengolahan-Pemanfaatan-Pembuangan Residu (P4) kini perlu ditambahkan lagi dengan Pemisahan Sampah B3 di awal sehingga menjadi P5. Lulusan Kimia ITB ini mengatakan dengan pendekatan P5, tidak hanya dapat mereduksi laju timbulan sampah, tetapi juga menjaga mutu lingkungan hidup dari komponen-komponen yang membahayakan.
Penerapan P5, ungkap Yulinah, tidak semudah membalik telapak tangan. Terbatasnya perusahaan industri yang mengolah limbah B3 merupakan faktor utamanya, ditambah lemahnya penegakkan hukumlingkungan serta kurangnya kepedulian lingkungan dari pengahasil limbah itu sendiri. Untuk itu Yulinah menghimbau agar pemerintah siap memfasilitasi penanganan sampah B3 yang berasal dari berbagai sumber. “Selain itu perlu desentralisasi fasilits pengolahan dan pembuangan karena kondisi geografis Indonesia yang luas,” tandas Yulinah.
Tidak hanya itu, peraih Satyalancana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI 2006 lalu juga menjelaskan keuntungan sampah yang didaur ulang. Selain tentu saja mengurangi kebutuhan lahan TPA, dengan daur ulang juga dapat menghemat penggunaan SDA, mengurangi polutan, menstimulan perkembangan teknologi ramah lingkungan, dan yang tak kalah penting dapat menyediakan lapangan pekerjaan. (Zn/ftr)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung