ITS News

Jumat, 08 November 2024
16 Desember 2006, 20:12

Perut

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kemanusiaan manusia dalam perspektif kekerasan sudah lama diabadikan dalam berbagai literatur dan drama. Salah satunya diperankan dengan apik oleh Nicolas Cage dalam film yang berjudul Lord of War. Syahdan, ada seorang pedagang senjata kenamaan bernama Yuri Orlov. Seorang muda berdarah Sovyet namun lebih suka pergi ke sinagog ini memilih jalan sebagai pedagang senjata karena satu hal; dia merasa berbakat di bidang ini. Mengawali karir dari nol, akhirnya Yuri berhasil memasarkan senjatanya pada delapan diantara ’Sepuluh Zona Perang Terbaik’ di dunia. Pasaran terbesarnya adalah negara-negara bertikai di Afrika, negeri orang-orang kelaparan.

Yuri terus melenggang dengan sejatanya, walaupun dia harus mengorbankan adik kandung sendiri yang tewas di bawah senjatanya, orang tua yang tak lagi mengakui keberadaannya, dan istri cantik yang meninggalkannya. Hatinya beku. Saat melihat pembunuhan massal yang dilakukan menggunakan senjata dagangannya terjadi di depan mata Yuri hanya berujar santai; itu bukan perjuanganku. Ya, Yuri menjadikan pelurunya terjejal di setiap perut bolong manusia yang bertikai sedangkan dia dengan nyaman menyantap kaviar Karibia dan wine Perancis di restoran paling lux di Manhattan.

Kadangkala manusia rela melepaskan baju kemanusiaan sebagai atributnya. Prof. Muhammad Yunus, pemilik Grameen Bank yang juga peraih penghargaan Nobel Perdamaian 2006 mengatakan bahwa sesungguhnya perdamaian itu berawal dari perut yang kenyang. Yunus benar, perdamaian tak akan terwujud dari manusia-manusia yang lapar. Perut adalah hal paling esensial yang pernah dimiliki oleh manusia mungkin. Perut yang tambun menjadi sebuah simbol fashion yang absolut, sama dengan yang sixpack dan sintal. Dari perut juga lah kehidupan seluruh manusia bermula, tempat hangat sedikit berlendir yang dengan nyaman kita meringkuk di dalamnya selama bulanan.

Muhammad pernah mengatakan bahwa perut adalah tempat terburuk dalam tubuh manusia. Itulah mengapa ritual puasa menjadi momen penyucian jiwa yang luar biasa. Tidak hanya dalam Islam, puasa dikenal sebagai terapi penyucian jiwa terbaik oleh biksu Buddha dan rabi Yahudi. Para sufi juga terkenal sangat ketat dalam mengatur urusan perut mereka. Bahkan seorang sufi yang mengambil jalan vegetarian pernah berkata bahwa perutnya tidak akan dijadikan kuburan bangkai hewan-hewan yang nantinya dapat mempengaruhi hatinya.

Percayalah, perut yang kita miliki ini sebenarnya tidak sesederhana seperti kelihatannya. Perjalanan panjang sejarah manusia terukir di atas perut. Perut yang selalu lapar dan menindas. Perut yang selalu tedas dalam mengunyah apapun. Perut-perut besar yang membayangi jutaan perut kecil di negeri-negeri yang kelaparan. Perut-perut yang di dalamnya terbayang tanah jajahan yang luas, tank-tank yang berjejer, lars yang membayangi wajah para tawanan, sebuah ketakutan yang masif.

***
Pagi ini saya meraba perut saya sembari berkaca pada cermin yang bening. Perut yang semakin membesar dan selalu sakit setiap paginya. Tetapi akhirnya saya tersenyum, saya masih bergembira, teringat dengan kasus yang paling hangat saya bergumam; Ah nyantai, perut saya masih belum seperti perut YZ kok!
Wallahua’alam bis Showab

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Desain Produk ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Perut