Apa yang akan di lukis? “Saya serahkan sepenuhnya kepada isteri, karena dia tahu apa yang akan dilukis dan pesan apa yang ingin disampaikan dalam lukisan itu,” katanya.
Dihubungi terpisah di studionya, mantan pelukis cilik yang namanya pernah mendunia, Natalini Widhiasi atau biasa dipanggil Lini mengatakan, ia akan melukis suaminya dalam gaya aliran surialis di atas kain spnaduk berwarna putih berukuran 4 x 5 meter. “Pilihan surialis ini karena memang aliran yang saya jalani selama ini dalam melukis itu. Tapi, tentu tidak sepenuhnya surialis, karena untuk mengambar wajah, agar bisa dikenal sebagai sosok Eko Budi Djatmiko, ia harus menggunakan aliran realis, karena itu untuk melukis bagian wajah, saya membutuhkan bantuan,” katanya.
Lini mengungkapkan, dalam perjalanan bahtera rumah tangganya selama 17 tahun ini, melukis sang suami baru pertama kali ini dilakukannya. “Tentu yang harus dipahami lukisan kali ini bukan merupakan sebuah ambisi untuk menjadikan sang suami jadi rektor. Bukan! Latar belakangnya lebih pada bagaimana memberikan dukungan dan memberikan gambaran kegembiraan terhadap proses yang kini sedang berjalan di kampus ITS, termasuk kegembiraan saya untuk Mas Eko,” kata Lini yang pernah mendapat penghargaan khusus dalam Asean Youth Painting Exhibition di Thaliland tahun 1983 ini.
Karena itu, katanya menjelaskan, keinginan awalnya ia ingin melukis dan menempatkan kelima wajah calon rektor yang telah terpilih pada tahap penjaringan untuk berada dalam lukisan itu, tapi kemudian dengan berbagai pertimbangan, diurungkan dan hanya menggambarkan wajah dari sang suami, Eko Budi Djatmiko. “Itu sebabnya dalam lukisan saya nanti, akan tergambar sebuah keinginan dan cita-cita dari ITS untuk menjadi PT BHMN dan diakui secara internasional, karena itu akan banyak bendera dari berbagai bangsa yang menggambarkan internasionalisasi ITS,” katanya.
Lini mengakui, dalam melukis ini ia tidak bisa menggunakan daya imajinasi dan emosinya seratus persen untuk melukiskan wajah sang suami. Karena, katanya menjelaskan, kalau ia membiarkan imajinasi dan emosinya bebas, bisa-bisa yang akan digambar adalah wajah manusia campur kuda. Kenapa? “Yah karena Mas Eko punya pendirian dan seorang pekerja keras. Itulah sesungguhnya gambaran yang sebenarnya. Tapi kalau itu juga digambar, maka pesannya tidak akan sampai. Lukisan ini sesungguhya menggambarkan pesan sebuah cita-cita ITS ke depan,” katanya.
Diakui Lini secara objektif, tanpa ingin merendahkan sang suami, ia berharap Mohammad Nuh diberi kesempatan untuk satu periode lagi memimpin ITS. “Objektif saya mengatakan itu dan beri ruang yang lebih luas lagi bagi Pak Nuh sekali lagi, karena secara intelektual, spiritual, sosial, Pak Nuh masih layak untuk memimpin ITS. Ini yang dapat dilihat dan dirasakan warga ITS,” katanya.
Ditanya akan menghabiskan berapa Kilo gram cat dan berapa lama untuk menyelesaikan lukisannya itu? Lini menjelaskan, paling lambat ia akan memasang hasil lukisannya itu pada Senin, 6 November mendatang. “Sekarang dari sketsa ini akan trnasfer kedalam bentuk digital, lalu saat memulai melukis dari digital ditransformasikan melalui LCD ke dalam objek kain spanduk, dan saat itulah saya baru akan mulai melukis. Dengan luas kain sebesar ini mungkin bisa menghabiskan cat 6 sampai 8 Kilo gram tiap warna ditambah dengan warna-warna campuran,” katanya (humas/ftr)
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka menata sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi kemajuan bangsa, Dewan Profesor Institut Teknologi
Kampus ITS, ITS News — Keresahan akan keamanan digital menginspirasi tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam menginovasikan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendapat kehormatan sebagai tuan rumah kegiatan Czech – Indo Friendship
Kampus ITS, ITS News — Dukung pembelajaran interaktif, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh