ITS News

Senin, 20 Mei 2024
02 November 2006, 13:11

Hanya 68 dari 73 Anggota Senat Punya Hak Suara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Wakil Ketua Pilcarek ITS, Ir Sritomo Wingnyosoebroto MSc, Rabu (31/10) siang memastikan bahwa dari jumlah anggota senat kemungkinan besar memang hanya ada 68 orang yang memiliki hak suara dalam pemilihan 17 November mendatang. ”Kepastiannya memang masih sedang dikonfirmasi ke kepegawaian, siapa-siapa saja anggota senat institut yang telah memasuki purna tugas atau menjadi guru besar emiritus, sehingga tidak memiliki hak suara. Kalau melihat data yang ada, dari 73 orang hanya ada 68 yang memiliki hak suara,” katanya.

Ditanya kemana ke-68 para anggota senat itu akan menentukan suaranya? Sritomo tidak bisa memastikan. Alasannya, dalam anggota senat terbagi dalam tiga klaster, dimana mereka punya independensi yang sangat kuat dalam memegang teguh pendirian termasuk menentukan pilihan. ”Ketiga klaster itu masing-masing, klaster senat harian, anggotanya adalah rektor dan para pembantu rektor, dekan, serta ketua lembaga, jumlahnya ada sekitar 10 orang. Kedua, klaster anggota senat guru besar, dengan jumlah 34 orang, di luar guru besar yang tercatat juga sebagai anggota senat harian, dan ketiga klaster dari wakil jurusan dan politeknik, berjumlah, 24 orang,” katanya.

Nuh Tetap Dominan?
Mengkalkulasi komposisi anggota senat dengan tiga klaster tersebut, Sritomo menjelaskan, yang mungkin bisa dibaca ke mana arah suara akan diberikan untuk kelima calon adalah dari klaster senat harian. “Pada komposisi ini suara di senat harian bisa jadi sangat solid. Tapi perlu diingat pula dalam pemilihan kali ini, anggota senat harian ada pula yang ikut dalam proses pemilihan, sehingga soliditasnya pun masih perlu dipertanyakan,” katanya.

Tentang klaster yang lain, Sritomo enggan menjelaskan. Karena disamping para anggota senat punya independensi yang amat kuat, juga memang sulit untuk dikalkulasi dan diprediksi.

Memang dalam analisis sementara, menurut Sritomo, calon incumbent Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA masih akan mendominasi perolehan suara dalam pemilihan yang akan digelar pada 17 November mendatang. Ini bisa dihitung dari 38 senat guru besar (di luar anggota senat harian, Red) sebagian besar berasal dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) dengan jumlah mencapai 14 orang, berikutnya FTSP, FMIPA, FTIf, dan FTK.

Dari komposisi tersebut, dengan berbagai pertimbangan maka diprediksi Mohammad Nuh bakal memperoleh 44 suara yang diperoleh dari senat harian, senat guru besar, dan senat wakil jurusan. Sedang Prof Ir Priyo Suprobo, MS PhD, akan memperoleh 16 suara, Prof Dr Ir Nadjadji Anwar, MSc 3 suara, Ir Eko Budi Djatmiko, MSc PhD 4 suara dan dan Dr Ir Djauhar Manfaat MSc 1 suara, yang diperkirakan diperoleh dari suara wakil jurusan.

Disodorkan hitung-hitungan dari wartawan seperti itu, Sritomo enggan berkomentar. Dosen dari Jurusan Teknik Industri FTI ini hanya mengatakan bahwa hitung-hitungan itu dapat saja terjadi manakala dalam proses pemilihannya menggunakan cara one man, one vote dan one value, tapi jika masing-masing anggota senat berhak mengurutkan tiga nama dari lima nama yang akan dipilih dengan penilaian bobot tertentu dari urutan yang ada, seperti pada pemilihan empat tahun lalu, rasanya makin sulit untuk dilakukan kalkulasi. “Pokoknya Pilcarek ITS masih tetap menarik untuk diikuti,” katanya singkat. (Humas/ftr)

Berita Terkait