ITS News

Sabtu, 01 Juni 2024
19 Oktober 2006, 10:10

Mohammad Nuh Dominasi Suara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Rincian dari total suara yang diperoleh Nuh tediri atas 717 suara dosen, 458 suara karyawan, dan 2.043 suara dari mahasiswa atau mendapatkan skor 4500,99. Selain Mohammad Nuh yang akan maju dalam proses lima calon dari tujuh calon yang ikut dalam proses penjaringan, masing-masing Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, dengan memperoleh total suara 900 dan skor 1134,28, Prof Dr Ir Nadjadji Anwar MSc. (197 suara, skor 178,67), Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD. (279 suara, 136,42) , dan Dr Ir Djauhar Manfaat M.Sc.,  (416 suara, 133,25). Dua nama calon yang gagal maju masing-masing Prof Dr Ir Paulus Indiyono MSc dan Ir I Ketut Aria Pria Utama, PhD.

Terjadinya perbedaan antara besarnya jumlah suara dan skor yang menentukan calon masuk ke lima besar ditentukan oleh pemberian pembobotan sebesar dua untuk mahasiswa dan karyawan, dan bobot lima untuk dosen. Bobot itu untuk mengalikan hasil jumlah suara sah yang dibagi populasi pemilih tiap kelompok. Dimana populasi dihitung dari jumlah karyawan dan dosen yang mempunyai nomor induk pegawai dan mahasiswa yang terdaftar pada semester ini.

Suasana perhitungan yang dimulai sejak pukul 08.30 WIB itu tampak berjalan normal dan hampir tidak diwarnai kejutan berarti. Para petugas, karyawan dan dosen yang ikut menyaksikan perhitungan di tiap kelompok rata-rata mengaku tidak terlalu terkejut dengan hasil akhir yang mencatatkan Nuh sebagai pengumpul suara terbesar, karena memang sebelumnya calon terkuat sudah diprediksikan sejak awal. Justru mereka penasaran dengan nama calon yang akan menempel di belakang Nuh.

Hal menarik justru terjadi dari hasil penghitungan suara di mahasiswa. Meski menjadi calon terbanyak yang mendapatkan hak pilih dengan populasi 17.901, tapi mahasiswa yang menggunakan hak pilihnya hanya 3.810 orang atau 21,0 persen saja. Dari jumlah itu, satu himpunan mahasiswa jurusan, yakni himpunan mahasiswa jurusan fisika tidak ikut menentukan pilihan.

Sekjen BEM ITS Aris Triwinarno mengatakan, alasan yang diberikan dari Kahima jurusan Fisika adalah kalau mereka sudah menggunakan hak memilih mereka dengan tidak memilih.

Keputusan Kahima jurusan Fisika ini sangat disayangkan berbagai pihak termasuk Ketua Pilcarek ITS Prof Mahmud Zaki MSc. ”Ini akan mengurangi hak suara mahasiswa, karena dalam perhitungan bobot suara tetap akan dihitung suara sah dibagi dengan populasi,” kata Zaki yang juga dari Jurusan Fisika. (Humas/asa)

Berita Terkait