ITS News

Sabtu, 18 Mei 2024
20 Juli 2006, 09:07

ITS Beri Masukan Pentingnya Pendidikan dan Teknologi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam sambutannya, ketua pansus RPJPN Hardi Soesilo, mengatakan kehadiran Pansus di ITS merupakan keinginan untuk mendapatkan masukan dari para akademisi. "Ada dua Perguruan Tinggi yang akan dikunjungi untuk sosialisasi RPJN dan meminta masukan. ITS pada hari ini dan Universitas Indonesia Kamis besok," katanya. Selama ini, dikatakan HArdi, Pansus telah melakukan sedikitnya 13 kali upaya menjaring dan meminta masukan baik dari individu maupun organisasi.

Hardi Soesilo berharap dari kalangan Perguruan Tinggi dan Akademisi bisa memberi masukkan secara konkrit berkait dengan RUU RPJPN ini. “Melalui kesempatan ini sangat diharapkan masukan dari masyarakat, kalangan Perguruan Tinggi serta akademisi. Tadi kami telah menerima masukan-masukan dan akan menjadi catatan oleh masing-masing fraksi,” katanya.

Pembantu Rektor III ITS, Dr Ir Achmad Jazidie MEng, mewakili Rektor ITS, menjelaskan, terkait masukan yang akan diberikan ITS pada RUU RPJPN. Dikatakannya, pihaknya telah melakukan beberapa diskusi dengan tim terkait yang diharapkan akan menjadi acuan tambahan bagi Pansus. "Kami menilai pentingnya pembangunan bangsa ini ke depan dengan memperhatikan pengembangan pendidikan dan teknologi, termasuk riset didalamnya,” katanya.

Jajaran ITS saat memberikan masukan berkait dengan bidang riset pendidikan dan teknologi yang disampaikan oleh Ketua LPPM ITS, Prof Ir I Nyoman Sutantra MSc PhD menjelaskan jika alokasi anggaran untuk riset yang disediakan pemerintah saat ini, relatif kecil bila dibandingkan negara tetangga. "Alokasi dana riset di Indonesia tahun 2004, sekitar 0,05% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, di negara tetangga, Malaysia, dana risetnya mencapai 0,5% dari PDB Malaysia,” katanya.

Riset, menurut Nyoman, menjadi penting untuk ditambahkan dalam kerangka pembangunan bangsa ini ke depan. "Menguasai dan mengembangkan Iptek dasarnya dari riset. Karakter kita, harus kita bentuk dengan karakter berotak, berhati, dan berbadan. Biaya riset kita saat ini relatif rendah. Contohnya, tahun 2004, biaya riset hanya 0,05 PDB. Sedangkan Malaysia 0,5, Jepang 0,29% dari PDB nya. Sehingga, negara-negara itu memiliki teknologi yang sangat riset," katanya.

Dana riset yang relatif kecil, kata Nyoman, mengakibatkan sulit untuk melakukan penelitian. Ia mencontohkan PTS dan PTN di Indonesia, dana riset hanya di batasi Rp 1 Milyar. Sedangkan di Malaysia dana riset setiap PT bisa mencapai Rp 100- 150 milyar. Bahkan, ironisnya riset di Indonesia hanya dilakukan jika pemerintah membutuhkan. Di negara lain, tambah Nyoman, riset bisa dilakukan sewaktu-waktu. Sehingga, jika dibutuhkan bisa mengambil riset yang telah dilakukan PT tersebut.

Dalam pertemuan yang dihadiri para rektor PTN-PTS se Jatim itu, para rektor dan perwakilan perguruan tinggi itu sepakat pentingnya lembaga dan proses pendidikan sebagai tulang punggung pembangunan masa depan bangsa. Selain itu perlunya komitmen moral dan kejujuran juga perlu dijunjung tinggi. (Humas/m3/asa) 

Berita Terkait