ITS News

Sabtu, 20 April 2024
27 November 2005, 16:11

Arif : Jangan Anggap Mente itu Paku Semua

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Memasuki pertengahan semester gasal ini, Badan Pelaksana Mentoring (BPM) Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS mengadakan Training For Mentor II (TFM II). Selama dua hari (26-27/11) puluhan mentor lama dan baru mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di ruang kelas Teknik Informatika ITS (TC 103-104).

TFM II dilaksanakan setelah para mentor selesai memberikan Ujian Tengah Semester Mentoring kepada para mente. Mente adalah orang yang dimentoringi, sedangkan mentor yaitu sang pemberi mentoring. TFM II ini sendiri bertujuan untuk meng-upgrade kemampuan para mentor dalam mengelola mentoring lanjutan. Karena itu, sesuai dengan tujuannya, TFM kali ini bertema Peningkatan Kualitas dan Semangat Menuju Mentoring Lanjutan yang Lebih Baik.

Terkait dengan pengelolaan mentoring lanjutan, Arif Fahrudin, salah satu pembicara, memberikan tips kepada peserta dalam mengelola mentoring lanjutan. Ada empat tips yang dipaparkan mahasiswa ITS jurusan Teknik Mesin ini. Pertama yaitu bahasa hati, "Dengarlah lebih dulu, artinya mengertilah lebih dahulu baru anda akan dimengerti," ungkapnya. Maksudnya, seorang mentor harus memahami mente-nya terlebih awal, baru akan dimengerti ilmu yang akan diajarkan oleh mentor. Salah satu cara, dengan mendengarkannya berbicara.

Mahasiswa ITS angkatan 2000 ini menganalogikan mentoring dengan memperbaiki sebuah rumah kayu. "Jangan anggap mente itu sebagai paku semua, jika anda menganggapnya sama, nantinya perlakuannya juga sama, istilahnya dipalu semua," ujarnya memberi analog. Jika sifat mente seperti paku, maka penanganannya dengan dipalu. Namun, bila seperti kayu maka caranya dengan menggergaji. Artinya, setiap mente mempunyai karakter dan pemahaman yang berbeda, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pula, tidak bisa disamakan. "Makanya seorang mentor harus peka," tandas mahasiswa yang akrab dipanggil Arif ini.

Tips kedua, berfikir strategis tidaklah sama dengan berfikir secara emosional. Seorang mentor dalam berfikir jangan menggunakan emosinya tapi dipertimbangkan secara matang. Sedangkan yang ketiga yaitu bertindak antisipatif. Intinya, tindakan yang diambil harus cepat, reaktif dan tepat. Terakhir, "Like dan dislike, harus tetap berpedoman pada Al Quran dan As Sunah," pungkas Arif.(th@/rin)

Berita Terkait