ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
18 November 2005, 12:11

UKM Penalaran Kupas Wacana Tidak Ada Sekolah Murah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Buku berjudul Pengumuman: Tidak Ada Sekolah Murah yang dikarang oleh Eko Prasetyo ini memang cukup menarik. Bahkan ruang seminar di Perpustakaan Pusat ITS, tempat bedah buku ini, hampir tak dapat menampung puluhan peserta yang terlihat begitu antusias mengikuti seminar ini, Kamis pagi (17/11) kemarin.

Nampaknya kali ini, UKM Penalaran benar-benar ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Walaupun sempat molor satu jam dari jadwal, tidak menyurutkan peserta yang hadir untuk mengikuti acara bedah buku ini hingga tuntas. Uniknya, sejak awal, peserta telah disuguhi dengan jajanan pasar berupa Cenil yang jarang ditemui di tempat-tempat umum.

Bedah buku ini diawali dengan penuturan singkat yang diutarakan oleh Akhmad Muhyidin selaku moderator acara. Dilanjutkan dengan presentasi oleh pembicara pertama, Ir Daniel M Rasyid PhD selaku Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur. Dalam presentasinya, Daniel mengungkapkan fakta-fakta dibalik kebijakan pemerintah tentang pendidikan.

”Anggaran pendidikan nasional tidak pernah mencapai angka 20 persen dari anggaran yang disediakan menurut UU Sisdiknas,” kata ketua PII cabang Surabaya ini. Hal ini terjadi karena minimnya perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan nasional. Padahal, seperti yang diakuinya, pendidikan adalah masalah urgen yang mendesak untuk diselesaikan. Selain itu, Daniel juga mengungkapkan peran penting zakat dalam perbaikan mutu pendidikan nasional.

Diskusi dilanjutkan oleh Dr Surya Rosa Putra MSc. Anggota persiapan ITS PTBHMN ini menjelaskan maksud dan tujuan ITS menjadi BHMN yaitu agar otonomi kampus dapat tercapai. Dengan demikian, ITS nantinya dapat menentukan kurikulum dan kebijakan sediri. Diakui Surya, ada sebagian yang menganggap dengan ditetapkannya ITS sebagai BHMN ditakutkan menjadi sebuah bentuk korporatisasi pendidikan. “ITS akan tetap meminta pertanggungjawaban negara dengan tetap mendanai ITS sebesar 65 persen,” jelas Surya.

Sementara itu, Listiyono Santoso MSSS mewacanakan sisi pendidikan yang berbeda. Listiyono mencoba mengetengahkan wacana pendidikan kritis yang telah lama menjadi bahan perdebatan di dalam dunia pendidikan. Karena selama ini pendidikan tidak hanya menghasilkan pejabat, tetapi juga penjahat. Dosen filsafat UNAIR ini juga menjelaskan bahwa selama ini pendidikan, khususnya sekolah, hanya memperlebar jurang sosial yang ada di masyarakat. Ini terjadi karena sekolah hanya dapat dinikmati oleh kaum elit yang jumlahnya hanya sebagian kecil dalam masyarakat.

Listiyono juga mempertanyakan komitmen pemerintah dalam membentuk pendidikan murah bahkan gratis untuk rakyat. “ Yang ada selama ini sekolah mahal menjadi sekolah favorit dan sekolah murah dengan fasilitas yang seadanya, nggak heran ada berita murid yang keracunan susu basi,” kelakarnya disambut oleh tawa hadirin. (m2/th@/rin)

Berita Terkait