ITS News

Selasa, 23 April 2024
15 November 2005, 16:11

Pelatihan Internasional Metodologi Pendidikan IT PENS ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS), untuk keempat kalinya, Selasa (15/11), menyelenggarakan pelatihan Internasional Metodologi Pendidikan Teknologi Informasi (International Training Course on Information Technology Education Methodology) bagi negara-negara berkembang. Pelatihan selama sebulan itu diselenggarakan atas prakarsa Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan Sekretariat Negara. Tahun ini ada 14 peserta dari sebelas negara, diantaranya Ethiopia, Kenya, Mongolia, Myanmar, Timor Leste, Uzbekistan, Laos, Pakistan, Vietnam, Nepal, dan Fiji.

Menurut Direktur PENS ITS Dr Ir Titon Dutono MEng, ditunjuknya PENS dalam penyelenggaraan pelatihan ini, bagi ITS, merupakan bagian dari upaya membangun pengakuan internasional (internationally recognized) melalui negara-negara peserta. “Selain itu target kami dalam penyelenggaraan ini untuk membuktikan kepada mereka bahwa Indonesia cukup aman, tidak seperti yang mereka bayangkan dan ketahui dari pemberitaan-pemberitaan,” katanya.

Diungkapkan Titon, dari tahun ke tahun penyelenggaraan ini terus mengalami peningkatan di dalam pemberian materi, karena itu pihak JICA terus memperpanjang dan menindaklanjuti program pelatihan seperti ini. “PENS ITS sudah untuk kedua kalinya penerima kontrak untuk menyelenggarakan program seperti ini, dimana tiap kontrak dilakukan selama lima tahun pelatihan. Kalau tahun ini merupakan tahun keempat dari kontrak kedua,” katanya.

Tahun depan, Titon mengungkapkan, merupakan tahun terakhir dari kontrak kedua. Tapi, kontrak ketiga untuk penyelenggaraan lima tahun ke depan yang dimulai pada tahun 2007 hingga 2012, sudah ditandatangani dan kebetulan JICA kembali menunjuk PENS sebagai penyelenggara. “Kami bangga atas prestasi ini, karena melalui pelatihan semacam ini kami yakin metodologi pengajaran tentang teknologi informasi di PENS terus akan diperbaharui. Ini karena tuntutan untuk penyelenggaraan ini memang mengharuskan peserta mendapatkan pengetahuan atau perkembangan ilmu dan teknologi yang paling mutakhir,” katanya.

Menurutnya, dari pengalaman penyelenggaraan hampir sepuluh tahun, dapat dipastikan apa yang disampaikan dan diberikan melalui program pelatihan ini telah diimplementasikan kembali di negara-negara para peserta. “Ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan penguasaan teknologi kita tidak kalah dengan mereka, dan itu pulalah kenapa PENS selalu dipercaya untuk menyelenggarakannya,” katanya.

Bagi Titon, meski di dalam penyelenggaraan program pelatihan internasional ini tidak membawa dampak finansial bagi PENS, pihaknya akan terus melakukan kepercayaan itu sebaik mungkin, karena melalui program inilah para tenaga pengajar atau dosen di PENS berkesempatan untuk menguasai ilmu dan teknologi paling mutakhir atau terbaru. “Secara finansial memang PENS tidak mendapatkan apa-apa, tapi kami sudah barang tentu jauh lebih tahu dan menguasai tentang teknologi yang akan kami berikan kepada peserta. Inilah yang membanggakan bagi kami,” katanya.

Lebih dari itu, Titon menambahkan, melalui visitasi atau kunjungan ke negara-negera peserta setelah program pelatihan ini selesai, diketahui bahwa apa yang diberikan di pelatihan digunakan di negara mereka (peserta pelatihan). “Pengalaman pada peyelenggaraan tahun lalu, di awal-awal pemberian teori, para peserta memang terkesan acuh tak acuh, tapi setelah mereka diajak untuk mempraktekkannya, mereka merasa ada sesuatu yang bisa didapat, dan meminta penyelenggaraannya diperpanjang,” katanya.

Menurut Titon, itu artinya meski mungkin mereka secara teori menguasai, tapi saat mempraktekkan teori yang dikuasainya, ternyata kita jauh lebih unggul dan menguasai ketimbang mereka. “Inilah yang membedakan pelatihan-pelatihan lainnya, karena pelatihan ini memang menekankan pada praktek sebesar 75 persen dan teori yang hanya 25 persen. Inilah keunggulan kami,” katanya. (Humas/rin)

Berita Terkait