ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
08 Oktober 2005, 14:10

Mahasiswa dan Rektorat Sharing Soal Transparansi ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Suasana Open Talk 2005 yang digelar BEM ITS Jumat, (7/10), di Rektorat ITS terlihat sangat santai dan hangat. Ratusan mahasiswa yang hadir tampak tidak canggung mengungkapkan unek-unek kepada para petinggi di ITS. Menanggapi itu, empat orang pejabat tinggi ITS pun turut hadir di sana, antara lain Rektor ITS Prof Dr Mohammad Nuh DEA, PR I Prof Noor Endah MSc PhD, PR II Ir R. Sjarief Widjaja PhD dan Dr Ir Achmad Jazidie selaku PR III.

Dalam kesempatannya, Nuh bercerita tentang permasalah yang timbul ditilik dari asal daerah mahasiswa ITS. “Fakta di ITS, prosentase terbesar mahasiswanya berasal dari Jatim. Sekitar 70 persen. Dan itu, merupakan fenomena lokal dan nasional yang terjadi tiap tahunnya,” kata pejabat nomor satu di ITS ini. Diungkap Nuh lebih dalam, dari 70 persen itu, 50 persen mahasiswa ITS berasal dari Surabaya. ”Maka dari itu, perlu adanya pemerataan pada semua wilayah di Indonesia agar fenomena ini tidak secara terus menerus berlangsung,” jelas Nuh.

Salah satu solusinya, menurut Nuh, adalah dengan memberikan pendekatan baru melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Ini dilakukan agar dominasi mahasiswa lokal hasil SPMB bisa berkurang. Sehingga, kesempatan menjadi mahasiswa ITS bisa merata pada semua daerah di Indonesia. ”Tahun ini saja, ITS mengadakan PMDK khusus untuk peserta yang kesulitan ekonomi tapi berpotensi. Dari 800 pendaftar, akhirnya terjaring 44 orang yang layak,” ungkap Nuh. Tentunya ITS dalam melakukan seleksi penerima PMDK itu juga disertai survey langsung ke tempat tinggal peserta.

Lalu, Nuh juga menanggapi pertanyaan salah seorang mahasiswa tentang kenaikan BBM. ”Pendapat saya tentang kenaikan BBM ada tiga alasan yakni realistik, proporsional dan solutif,” komentarnya. Namun tambah Nuh, bila ditilik dari segi sosial, pemerintah memang harus membenahi lebih dulu data penduduk sebelum memberikan dana kompensasi BBM. ”Datanya musti valid, dan kompensasi itu nantinya harus digenerikkan untuk menumbuhkan lapangan kerja,” kata Nuh mantap disimak seluruh mahasiswa yang hadir.

Nuh juga menegaskan, kenaikan BBM bukanlah kewenangan instutisi perguruan tinggi seperti ITS. ”Tanggung jawab kita hanya sebatas menyuarakan pemikiran dan solusi cerdas mengenai permasalahan yang ada. Bukannya saling menyalahkan,” pesan Nuh menutup diskusi.
Sementara itu dari sisi mahasiswa, menyatakan pentingnya keberadaan kegiatan open talk ini. Open Talk yang difasilitasi BEM ITS ini bertujuan untuk membuka wadah komunikasi antara civitas dan stakeholder di ITS terkait permasalahan yang sedang dihadapi. ”Itu untuk menghindari kesalahpahaman dan dugaan-dugaan negatif mahasiswa kepada pejabat di rektorat,” ujar Tatit Indayati, fungsionaris BEM ITS. (th@/asa/tov)

Berita Terkait