ITS News

Kamis, 25 April 2024
24 September 2005, 09:09

Peran ITS Dibutuhkan dalam Penyelesaian Problem Blok Cepu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dr Ir Widya Utama DEA, salah seorang pembicara, menjelaskan potensi dan peran yang dimiliki ITS dalam problem blok Cepu. Ini disampaikan dalam Seminar Sehari Potensi Migas di Jatim: Peluang dan Tantangannya, Kamis (22/9) di rektorat. “Kita tahu bahwa cadangan migas sangat terbatas, nggak bisa diperbarui,” ungkap Widya mengawali. Namun, dari fakta yang ada ternyata masih banyak potensi migas di Indonesia yang belum digali.

Salah satunya adalah di blok Cepu, Jawa Timur. “Potensi migas di blok Cepu sekarang sebesar 1,5 milyar barel,” ungkap pria yang pernah menjadi juri nasional dalam LKTM ini. Ironisnya, adanya suatu justifikasi yang mengerjakan proyek Cepu ini adalah pihak luar (pihak asing). “Ini menimbulkan suatu konflik interest yang kental,” paparnya.

“Blok Cepu ibarat halaman rumah sendiri, kita harus paham masalah ini, yang dibicarakan jangan hanya rupiah saja,” komentar dosen Fisika ini. Maksudnya, potensi serta tantangan yang ada di blok Cepu harus dapat kita tangani sendiri, jangan mau kita diperalat oleh orang asing yang ingin menguasai minyak dan gas di Indonesia. “Tinggal kita yang dapat memilih apakah ingin berperan sebagai penonton, pemain, ataukah wasit,” tambah Widya.

Dalam hal ini, ITS juga mempunyai peran yang dominan. “Peran ITS diminta menyediakan kelompok profesional, walaupun nantinya juga sebagai tukang,” kata dosen yang akrab disapa Widya ini. Arti tukang di sini adalah pegawai yang tidak peduli siapa yang bayar, tergantung juragannya, orang asing atau orang lokal.

Untuk potensi, ITS telah mempunyai dua jenis kemampuan yaitu hardskill dan softskill. Hardskill mencakup science and art, engineering, dan manufacturing. Sedangkan managerial ship dan leadership termasuk dalam kemampuan softskill. “Di ITS sudah teruji kompetensi nasional dan internasional,” tandas Widya. Kualitas ini diukur dari adanya lulusan ITS yang bekerja pada tingkatan nasional dan multinasional.

“Dari data survey nasional pun diketahui bahwa kurikulum ITS sudah cukup mampu bersaing,” tambahnya lagi. Untuk itu, kemampuan yang dimiliki ITS ini seharusnya dapat digunakan untuk menyikapi dan mengimplementasikan serta menyelesaikan problem yang ada di blok Cepu. “Kita adakan diskusi bersama bagi semua komponen stakeholder di Jatim,” papar Widya memberikan contoh. (th@/sep)

Berita Terkait