ITS News

Sabtu, 20 April 2024
20 September 2005, 17:09

ATM Bersama dan Rumitnya Dunia Perbankan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Fakultas Teknologi Informasi, Selasa kemarin (20/9) menggelar Talkshow Bedah Teknologi Perbankan di Ruang Seminar lantai 3 Gedung Rektorat ITS. Bekerja sama dengan majalah mingguan Tempo dan PT Artajasa, seminar ini menghadirkan pembicara yang tidak asing lagi dengan dunia perbankan, yaitu Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD, Guru Besar Teknik Informatika ITS, Zul Irfan dari PT Artajasa, dan moderator Redaktur Utama majalah mingguan Tempo, Bambang Harymurti.

Salah satu fenomena perbankan yang diulas dalam talkshow yang dibuka Rektor ITS, Prof Dr Muhamad Nuh DEA adalah ATM Bersama , yang memungkinkan nasabah berbagai bank berbeda untuk melakukan transaksi di ATM milik bank lain pengguna ATM Bersama. ATM Bersama yang dikelola Artajasa ini diakui memberikan berbagai kemudahan bagi bank penggunanya. Bank BRI misalnya. Jika sebelumnya hanya bisa melayani dengan 682 ATM kini bisa menjangkau pelanggan dengan 6.500 terminal ATM di seluruh Indonesia.

Teknologi ATM Bersama ini sudah ada sejak tahun 1989 namun baru benar-benar berkembang sejak krisis moneter di tahun 1997. “Awalnya bank-bank malas bergabung karena mereka merasa sanggup menyediakan ATM sendiri yang saat itu hanya seharga USS 15.000. Namun, ketika terjadi krisis ekonomi dollar melonjak dan bank merasa berat untuk membeli ATM baru sehingga akhirnya banyak yang memanfaatkan ATM bersama ini” ceritanya. Secara bergurau ia menyebut ATM bersama ini justru mendapat untung besar dari adanya krisis moneter.

Teknologi Informasi (IT) berperan besar pada teknologi ATM Bersama ini. Salah satu peran IT adalah dalam hal enkripsi atau pengamanan data. “Data transaksi dari ATM dienkripsi dengan metode Single Desk di mesin ATM langsung kemudian dikirimkan. Setelah diterima data ini akan di-dekripsi dan diolah lagi,” terang Zul Irfan. Meski demikian, pihaknya mengaku sedang meningkatkan metode enkripsi dari Single Desk ke Triple Desk, sesuai dengan standard Eropa.

Teknologi ATM Bersama ini bisa dibilang sangat rumit, sebab penyedia layanan harus mengurus transaksi antara 54 bank pengguna ATM Bersama. “Salah satu aktivitas yang harus dilakukan adalah kliring, yaitu menarik dana dari suatu bank yang nasabahnya melakukan transaksi dari ATM bank lain. Hal ini tidak begitu rumit kalau hanya antara dua bank, tapi kami menangani 54 bank," terang Zul Irfan. Untuk mengurusi komunikasi antar ATM berbagai bank ini, pihak Artajasa menggunakan standar ISO 8583. Tantangan menjadi lebih besar karena ATM Bersama ini harus bisa melayani selama 24 jam sehari dan dengan jamiman kemanan yang tinggi.

Selain untuk ATM Bersama, teknologi informasi juga dipakai dalam pengolahan data. “Dengan keluarnya peraturan bank Indonesia tentang standarisasi pengolahan data perbankan, kami pun menyikapi dengan menyediakan fasilitas ini bagi bank yang tidak mempunyainya,” terangnya.

Peranan IT menurut Prof Riyanarto sangat penting dalam perbankan dan perekonomian. “Biaya informasi dan pertukaran barang masih mahal. Ini menunjukkan belum majunya bangsa kita sebab di negara maju biaya ini kecil,” terang guru besar Teknik Informatika ini. Prof Riyanarto berharap dengan teknologi informasi pertukaran informasi barang dan jasa bisa lebih mudah dan murah.

Salah satu teknologi yang sekarang sedang dikembangkan untuk membantu transaksi adalah kartu frekuensi radio, yang bisa digunakan dalam pembayaran tol. “Dengan kartu ini rekening bank pengguna bisa langsung didebet bila pengguna lewat gerbang tol tanpa perlu antri,” terangnya. Hal ini bisa mengurangi antrian dan kemacetan di jalan tol.

Selain membahas tentang teknologi perbankan, talkshow ini juga membahas hubungan perguruan tinggi dengan dunia industri, khususnya industri perbankan. Prof Riyanrto mengungkapkan tentang paradigma pendidikan yang harus dipegang oleh perguruan tinggi, yang tidak boleh melupakan pasar. “Perguruan tinggi harus melakukan pendidikan didasari market driven dan teknologi push, sehingga menghasilkan lulusan yang market driving," terangnya.

Talkshow yang disponsori Tempo dan PT Artajasa ini awalnya hanya menargetkan 200 peserta tapi ternyata peserta yang hadir membludak dan memenuhi ruang seminar Rektorat ini. Di akhir acara, pihak sponsor membagi berbagai sovenir dan doorprize bagi para peserta.(rif/rin)

Berita Terkait