ITS News

Kamis, 18 April 2024
10 September 2005, 07:09

12 Mahasiswa S2 ITS Studi ke Newcastle

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebanyak 12 mahasiswa program master degree Internasional Fakultas Teknologi Kelautan (FTK), Sabtu ini (10/9), akan diberangkatkan ke University of Newcastle upon Type (UNT), Inggris. Disana, mereka dituntut menyelesaikan studi berkaitan dengan manajemen kelautan daerah pesisir selama satu semester.

Sebelum diberangkatkan, ke 12 mahasiswa ini diberi wejangan terlebih dulu melalui acara pelepasan dan studium general, Jum’at (9/9) di gedung Rektorat. Hadir memberi pengarahan, Rektor ITS Prof Dr Ir Muhammad NUH DEA, Direktur Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Dirjen KP3K DKP) Prof Ir Widi Agoes Pratikto MSc PhD, Dekan FTK ITS, Ir Asjhar Imron MSc MSE PED serta koordinator program S2 International Dr Ir Mukhtasor Meng.

Dikatakan Mukhtasor, keberadaan program ini dikarenakan masih banyaknya potensi sumber daya pesisir dan kelautan di Indonesia yang belum digali. ”Maka dengan program ini diharapkan dapat segera menyiapkan SDM yang mumpuni. Selain itu, kerjasama dan sinergitas antar lembaga di dalam dan luar negeri juga dibutuhkan,” kata Mukhtasor.

Program yang diikuti 12 mahasiswa ini adalah kuliah di program S2 international FTK ITS yang disponsori Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), dimana program international ini lebih dikenal dengan program studi Sandwich. Ini karena mahasiswanya akan kuliah di tempat yang berbeda. ”Pada tahun pertama mereka studi di ITS lalu satu semester selanjutnya dikirim studi ke luar negeri dan akhirnya setelah pulang mereka diharuskan menyelesaikan thesis,” papar Mukhtasor. Di Newcastle nanti, 12 mahasiswa ITS akan mengambil 4 mata kuliah yang bersetifikasi UNT. Mata kuliah itu sendiri berkaitan dengan Marine Resource and Coastal Program (MRCP) yang mereka pelajari di ITS.

Sementara itu, Rektor ITS saat memberi pengarahan kepada 12 mahasiswa mewanti-wanti agar tetap semangat dalam membangun sinergitas antara tiga lembaga yakni ITS-DKP-UNT. Selain itu, Nuh mengharapkan sepulang dari Inggris mereka tidak hanya mebawa nilai A untuk suatu mata kuliah. ”Anda harus pulang dengan A plus-plus. Artinya sepulang dari sana harus juga membawa unintended result seperti akulturasi budaya di Newcastle serta wawasan hasil tukar pikiran dengan bangsa lain,” pesan Nuh.

Nuh lalu mengartikan program Sandwich layaknya roti isi khas Amerika. Di dalam roti itu ada berbagai macam bahan dan campuran, tapi bisa satu dan rasanya enak. Dikatakannya, itu sama dengan tujuan program ini yang diharapkan bisa memberi international flavor kepada mahasiswa dan menyatukan wawasan yang didapat di dalam dengan di luar negeri. ”Dan kali ini rasa itu dicapai dengan menambahkan saos Inggris ke dalamnya,” canda Nuh.

Melengkapi bekal 12 mahasiswa ini, Prof Widi mengajak untuk meninjau ulang potensi kelautan melalui studium general bertajuk bertajuk Penerapan Pengelolaan Pesisir Terpadu di Indonesia. ”Dua per tiga wilayah kita adalah laut. Tapi sampai sekarang kita masih sekedar bicarakannya sebatas kekayaan sumber daya alam. Belum ada upaya untuk memberi nilai tambah di bidang kelautan,” kata Widi.

Widi juga memaparkan mengenai rencana pengadaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk daerah pesisir. Diharapkan dengan DAK dapat meningkatkan upaya pengembangan dan pengelolaan pesisir. Untuk menyiapkan itu, disebutkannya ada tiga hal yang perlu ditinjau, pertama adalah orientasi pembangunan di daerah yang menyangkut SDM lokal, tenaga ahli yang cakap serta keterkaitan antar lembaga. ”Dan disini anda sebagai mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah punya peranan sangat penting sebagai pengawal,” kata dosen ITS ini.

12 Mahasiswa program S2 International ini sebagian besar berasal dari staf DPK dan Badan Perencanaan Daerah yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia. Sekembali dari UNT, mereka memang diharuskan menyelesaikan thesis dengan topik sesuai dengan persoalan kelautan dan pesisir di daerah asal mereka. Diharapkan melalui program ini dapat meningkat pengelolaan kelautan dan wilayah pesisir terpadu yang kini tengah jadi sorotan Dirjen KP3K DKP. Selain itu juga merupakan usaha perguruan tinggi untuk menyukseskan kebijakan pengelolaan kelautan berbasis ilmu pengetahuan.(asa/rin)

Berita Terkait