ITS News

Kamis, 25 April 2024
28 Agustus 2005, 21:08

Perjalanan Panjang Tim MC ITS: Perahu Tradisional Bukti Kekayaan Bahari

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bertempat di pesisir Bangkalan. Tepatnya di Desa Karang Anyar, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan, Madura. Siang itu (28/8), mahasiswa ITS yang tergabung dalam tim MC ITS sedang mempersiapkan peluncuran perdana sebuah kapal khas Madura, Gole’an. Kapal itulah yang akan dibawa untuk misi mengharumkan nama bangsa di Genoa, Italia, 2006 nanti.

Ceritanya bermula pada Mei 2001, Pembantu Rektor IV saat itu, Ir Daniel M Rosyid PhD MRINA mendatangkan Lance Lee, salah seorang pencetus Atlantic America Foundation, lembaga yang membawahi kegiatan-kegiatan Atlantic Challenge ke ITS. Saat itu ITS masih mempersiapkan keikutsertaannya dalam IAC 2002 yang jatuh bulan Juli di Rockland, Maine USA. ”Kunjungan Lee bertujuan untuk memastikan kesiapan tim MC ITS karena Indonesia adalah negara Asia pertama. Dia sangat mendukung tim ITS,” ujar Boy Kundoko, anggota tim MC-ITS 2002.

Lee pun sempat diajak berkunjung ke Lamongan. Di sana, ia menemukan catatan sejarah yang cocok dengan buku Round The Band karya Joseph Conrad, penghobi ekspedisi. Lee tertarik dengan kapal tradisional Indonesia karena semua terbuat dari kayu jati yang dianggap layaknya emas di negaranya. Selain itu pengerjaan kapal yang unik dan khas juga menambah wawasannya. ”Saat itu dia mengakui Indonesia sangat kaya akan budaya bahari,” kenang Boy.

Lalu, berlanjut saat kemenangan tim MC ITS di IAC 2002, dengan menyabet gelar Spirit of Atlantic Challenge Award. Saat itu tim ITS sesuai kriteria panitia telah membuat replika kapal Perancis, Youle de Bantry, dan bersaing dengan delapan negara yaitu yaitu Amerika Serikat, Irlandia, Kanada, Inggris, Prancis, Denmark, Rusia, Belgia. Kemenangan itu sangat membanggakan, meski juara umum diraih delegasi Irlandia.

Dikatakan Boy, saat memperoleh penghargaan di Rockland itulah Lance Lee kembali tertarik dengan kekayaan maritim Indonesia. ”Saat itu kami memberikan sebuah hadiah dalam bentuk kapal setengah badan (half body) Gole’an kepada Lance Lee,” kata mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya ini.

Replika setengah badan itu membuat Lee tertarik dan kemudian mengusulkan kepada Boy, agar merealisasikan dalam bentuk penuh. Lee berharap kapal itu selesai dan dibawa ke IAC 2004, Toulon Perancis, untuk dikenalkan pada khalayak maritim international. ”Saat itu Ia bersedia menjadi sponsor dengan dana USD 1000,” katanya.

Tapi kapal itu masih juga belum dikerjakan karena tim MC ITS setelah IAC 2002 juga sibuk mempersiapkan diri pada Indonesian Challenge. Dan saat tim MC ITS 2004 berhasil mempertahankan gelar Spirit of Atlantic Challenge Award di IAC 2004 Toulon Perancis, Lee kembali mengingatkan usulnya untuk merealisasikan Gole’an.

Sejak itu, dilanjutkan Aditya Mahardika, koordinator tim MC ITS 2006, saat kembali di tanah air timnya segera melakukan survey untuk realisasi kapal Gole’an. ”Kita rela kepanasan survey dengan sepeda motor dari Surabaya ke Madura. Semua itu demi keinginan menampilkan kekayaan maritim bangsa berupa perahu tradisional di kancah internasional,” kenang mahasiswa Sistem Perkapalan ITS semester lima ini.

Dari hasil survey itu, dikatakan Dika, timnya menemukan galangan tradisional terbaik di Madura. Dan setelah dirinci biaya untuk sebuah kapal mencapai USD 2000. Lee pun menyetujui dan segera mempersiapkan utusannya, Brian McClallen untuk mengawasi fabrikasi kapal. ”Alhamdulillah bisa terealisasi sekarang,” katanya.

Galangan kapal yang dimaksud itu milik Haji Solichin. Dengan empat orang pekerja dimulailah proyek pembangunan Gole’an dan memakan waktu 40 hari. Pekerjaan dimulai 15 Juli 2005 memanfaatkan momen libur kuliah. Selain 17 mahasiswa ITS yang selama sebulan berada di Madura, hadir juga Brian McClallen yang bertugas mengawasi pembuatan kapal.

Meski berada di galangan, mahasiswa ITS tidak berani banyak membantu pengerjaan kapal. Mereka hanya membantu pekerjaan ringan, seperti mengecat. ”Karena kita takut nilai ke-khasannya hilang. Hanya mereka yang paham betul,” jelas Dika. Bahkan dalam pembuatannya, tidak ada gambar kerja. Semuanya sepertinya sudah ada di kepala tiap pekerja.

Dalam masyarakat Madura dikenal dua jenis kapal. Jika jenis laki-laki dinamakan Gole’an, maka jenis perempuan dinamakan Alis-alis. Keduanya berbeda pada bentuk dan motif dari cat yang digunakan. Kedua kapal ini biasa digunakan nelayan Madura mencari ikan. Konon, saat berperang melawan penjajah Belanda, kapal ini digunakan pejuang untuk berlayar dari Madura sampai Tuban.

Kapal Gole’an yang dibuat memiliki spesifikasi panjang 8,2 meter lebar 2 meter dan tinggi 1 meter. Kapal layar tanpa motor ini dibuat dengan bahan dasar kayu jati madura, kayu ulin untuk pasak dan dua jenis perekat khas, satu terbuat dari minyak pohon Nyamplong ditambah kapur, perekat yang lain dari getah damar. Gole’an tim ITS di labur dengan warna-warna cerah khas Madura.

Uniknya, fabrikasi kapal ini berbeda dengan kapal kayu lainnya. Jika kapal lain harus dibuat gading (rusuk) kapal dulu baru kulit luar, Gole’an sebaliknya. Hasilnya luar biasa, cantik dan kokoh. Itulah yang membuat Brian, yang juga pembuat kapal kayu di Amerika terkagum.

Rencananya Tim MC ITS 2006 akan membawa dua kapal ke Genoa Italia yaitu kapal Merdeka dan Gole’an. kapal Merdeka untuk perlombaan dan Gole’an untuk memperkenalkan budaya bahari. Saat ini, kapal Merdeka sedang direparasi di bengkel kayu Politeknik Perkapalan ITS, untuk persiapan untuk ke Genoa. ”Kita berencana mengangkut semuanya dalam satu kontainer. Untuk itu kita masih membutuhkan banyak sponsor untuk sampai berlaga di Genoa,” kata pembimbing MC ITS Ir Ketut Pria Utama MSc PhD.

Sementara itu, untuk kepastian nama-nama anggota tim yang akan berangkat belum bisa dipastikan karena SK penugasan belum turun. Rencananya ITS akan membawa 18 orang kru di IAC 2006 dengan komposisi 12 mahasiswa dan 6 mahasiswi.

Saat ini anggota MC ITS hanya ada satu mahasiswi. Dan prasyarat IAC yang mengharuskan lima orang kru berusia dibawah 20 tahun. Maka dalam waktu dekat akan diadakan rekruitmen terbuka. Rekruitmen itu diperuntukkan angkatan 2004 atau 2005 dari berbagai fakultas, syaratnya berminat dengan budaya bahari. ”Selain ingin meraih juara umum dan mempertahankan gelar Spirit of Atlantic Challenge Award, di IAC 2006, Tim MC ITS punya misi memperkenalkan kualitas budaya kapal Indonesia,” cetus Ketut. (asa/tov)

Berita Terkait