ITS News

Jumat, 26 April 2024
05 Agustus 2005, 13:08

Kelas Madura di ITS Macet

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Program kelas khusus bagi putra daerah Madura yang dibuka Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) setahun lalu, kini terancam ditutup. Alasannya cukup klasik, yakni tidak ada penyokong dana untuk program dengan model beasiswa ini.

Untuk diketahui, pada awal Januari 2004 ITS membuka program kelas khusus D3 Teknik Sipil bagi putra-putri terbaik asal Madura. Program ini merupakan hasil kerja sama dengan PT Aji Dharma Bhakti (ADB) milik sesepuh Jawa Timur H M. Noer.

Pada tahap awal, program ini merekrut 30 orang. Mereka dijadikan dalam satu kelas, tapi status dan kurikulumnya sama dengan program D3 reguler. "Mereka tidak mengeluarkan biaya sepeser pun karena dibiayai PT. Aji Dharma Bhakti," kata Koordinator Bidang I (Kurikulum) Program Diploma Teknik Sipil ITS Ir Sismanto, kemarin.

Rencananya, program kelas khusus ini akan dijadikan proyek percontohan. Tapi, dalam perjalanannya, PT ADB merasa tidak mampu membiayai program ini.

Menurut Sismanto, memang ada kelemahan dalam rekrutmen putra daerah Madura yang dilakukan PT ADB. Konsep awal yang digagas waktu itu adalah merekrut putra daerah yang berada dalam naungan perusahaan-perusahaan swasta di Madura. Dengan cara ini, setidaknya perusahaan-perusahaan itu bisa membantu biaya pendidikan bagi mahasiswa kelas khsus Madura. "Setidaknya, pihak PT. Aji Dharma Bhakti bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan yang bersangkutan," katanya.

Tapi dalam pelaksanaannya, para mahasiswa yang sekarang ikut program ini bukanlah kiriman dari perusahaan yang dimaksud. Mereka berasal dari kalangan masyarakat biasa yang meminta rekomendasi dari perusahaan tersebut. "Akibatnya, semua biaya harus ditanggung PT. Aji Dharma Bhakti," katanya.

Untuk program tahap awal saja pihak PT ADB sudah mengeluarkan dana yang cukup besar. Sebab, pihak ITS menarik biaya kuliah sebesar Rp 5 juta hingga Rp 7 Juta untuk tiap mahasiswa per tahun.

Menurut Siswanto, ITS maupun PT ADB sebenarnya sudah melakukan pendekatan ke Pemprov Jatim agar diberi dukungan dana. Namun hingga saat ini tidak ada tanggapan positif. Inilah yang menyebabkan program ini tidak berlanjut. Diperkirakan, pada 2007 mendatang program ini akan ditutup. Asumsi, 30 mahasiswa kelas khusus Madura sudah menyelesaikan studinya pada tahun itu.

Sementara itu, rektor ITS Prof Dr Muhammad Nuh DEA mengatakan, seharusnya pihak Pemkab yang ada di Madura harus turun tangan. "Seiring dengan akan selesainya jembatan Suramadu, aktivitas di Madura, terutama yang berkaitan dengan teknologi akan meningkat," ungkap pria berwajah kalem ini.

Dia memberikan sebuah solusi. Sebaiknya, masing-masing kabupaten di Madura (Pamekasan, Bangkalan, Sumenep, dan Sampang) melakukan sharing untuk mendukung program kelas khusus Madura di ITS. "Misalnya, dengan mengirimkan delegasi dari masing-masing daerah," kata Nuh. (ris)

Berita Terkait