ITS News

Jumat, 19 April 2024
03 Agustus 2005, 09:08

Sentra HAKI dan Promtek ITS Bagikan CDI Gratis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Untuk kelanjutan penelitian Lembaga Sentra HAKI dan Promosi Teknologi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS, Kamis (4/8), akan membagikan Condenser Discharged Ignition (CDI) hasil temuan Prof Ir I Nyoman Sutantra, MSc PhD, yang beberapa waktu lalu sudah memasuki proses komersialisasi.

Menurut Direktur Sentra HAKI dan Promtek LPPM ITS, Dr Ir Suprapto Dpl Ing, upaya pembagian secara gratis itu bersamaan dengan digelarnya seminar dan uji coba teknologi CDI Stanly. “Kami akan membagikan gratis kepada masyarakat pemilik mobil dengan catatan mereka yang menerima dan kemudian dipasangkan pada kendaraannya, secara priodik selama dua minggu diminta menyampaikan laporan tentang kemungkinan ada perubahan atau lainnya pada mobil itu,” kata Suprapto, Senin (1/8) kemarin.

Seperti pernah diberitakan sebelumnya, hasil temuan Prof Ir I Nyoman Sutantra, MSc PhD dan Ir Mohammad Harly MT, berupa CDI itu sebelumnya telah memenangkan pengahargaan Teknologi Industri Kreasi Indonesia tahun 2004 dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Kini, kata Suprapto, untuk penelitian lebih lanjut, ia berkeinginan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat. Karena itulah, ia mencoba membagikan gratis CDI untuk kepentingan penelitian lebih lanjut. “Penemu dan pemilik paten CDI ini memang sedang merencanakan untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang berkait dengan digandengkannya dengan kepentingan anti maling. Untuk itulah sebelum dikembangkan ke arah sana, kami ingin masukan dari masyarakat,” katanya.

Ditemui terpisah, Prof Sutantra mengungkapkan, penelitian yang dilakukan terkait dengan komponen otomotif sesungguhnya sudah lama dilakukan, terhitung sejak tahun 1986, saat dirinya pulang ke tanah air setelah menyelesaikan program doktor di University of Wisconsin Madison Amerika Serikat. “Saya tertarik untuk mengembangkan komponen otomotif karena memang cukup banyak dibutuhkan, sementara selama ini kita masih sangat tergantung pada negara lain,” katanya.

Hal ini menjadi lebih menarik ketika ada beberapa komponen otomotif yang bisa dibuat tanpa perlu teknologi terlalu canggih. Namun, komponen itu bisa dikerjakan dalam kapasitas industri kecil atau usaha kecil menengah (UKM). “Pertimbangan lain kenapa kami memilih untuk mengembangkan CDI juga lebih pada upaya untuk mengembangkan sektor UKM, yang memang tidak perlu teknologi terlalu canggih,” katanya.

Sutantra menjelaskan, pada mobil kini memang sudah digunakan TCI (Transistor Coil Ignition), tapi ternyata dari hasil kajian yang dilakukan, belum mampu meningkatkan kinerja mesin secara optimal, selain itu harganya relatif mahal karena merupakan produk impor. “Atas pemikiran-pemikiran itulah saya bersama Saudara Harly mencoba mengembangkan CDI untuk mobil, karena CDI pada sepeda motor tentu tidak bisa dipakai pada mobil karena disamping energi pengapian yang dibutuhkan beda, juga karena pada mobil jumlah silinder dan businya berjumlah lebih dari satu, sehingga siklus pengapiannya juga tertentu,” katanya.

Dikatakannya, dalam uji coba ilmiah pada laboratorium maupun uji coba di lapangan dengan memasangkannya pada beberapa angkot di kota Malang, membuktikan CDI Stanly ini memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan TCI. “Ada beberapa keunggulan pada CDI yang telah kami buat dan produksi, diantaranya, tegangan sekunder busi 20 persen lebih tinggi sehingga spark abilitu-nya lebih bagus. Busi lebih awet, dikarenakan self cleaning elektroda lebih bersih. Energi pengapiannya juga lebih tinggi pada saat putaran tinggi sementara pada sistem platina dan TCI mulai menurun pada putaran 5.000 rpm. Ini disebabkan slope arus primer CDI lebih tajam,” katanya.

Hal lainnya, kata Sutantra menambahkan, coil lebih awet karena tidak ada fase dwell angle yang mengakibatkan coil panas. “Daya listrik juga lebih kecil dikarenakan tiap siklus spark tidak ada fase dwell, sehingga energi listrik hanya terpakai menjadi kalor spark sementara pada platina dan TCI disamping terpakai pada kalor spark juga kalor pada coil,” katanya.

Ditambahkannya, dalam uji coba di lapangan hingga saat ini belum ada keluhan dari para pengemudi angkot di Malang yang mobilnya telah dilengkapi CDI. “Ketika kami tanya tentang keluhan yang mereka rasakan selama mobilnya dilengkapi dengan CDI, hampir semua menjawab tidak ada keluhan. Bahkan yang dirasakan adalah menurutnya penggunaan bahan bakar hingga bisa mengirit sampai sepuluh ribu per hari,” kata Sutantra.

Demikian juga dengan gas buang, jauh lebih baik dari standar yang diizinkan. “Artinya, selain bisa menghemat penggunaan bahan baker CDI ini juga bisa mengurangi gas buang. Labih penting lagi harganya jauh lebih murah, sekalipun dibandingkan dengan produk Cina yang ada di pasaran,” katanya.

Kesaksian dan pengalaman di Malang itulah yang akan diuji cobakan di Surabaya pada Kamis 4 Agustus 2005 mendatang melalui seminar, demonstrasi dan pembagian gratis CDI itu. (Humas/rin)

Berita Terkait