ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
04 Juli 2005, 12:07

Tangis dan Tawa Warnai Khitanan Massal ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Masjid Manarul Ilmi (MMI-ITS), Minggu (3/7) kemarin terlihat lain dari biasanya. Jika sehari-hari dipenuhi mahasiswa ITS untuk beribadah, kali ini riuh ramai oleh tangis dan tawa anak-anak. Mereka adalah peserta khitanan massal yang diselenggaran oleh Lembaga Managemen Zakat, Infaq dan Shodaqoh Masjid Manarul Ilmi(LM-ZIS MMI ITS) bekerjasama dengan Tim Pembina Kerohanian Islam (TPKI-ITS).

Acara khitanan massal yang diikuti lebih dari 60 peserta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian LM-ZIS sebagai wadah zakat dan infaq karyawan serta dosen ITS kepada masyarakat di sekitarnya. “Acara jenis ini memang baru tahun ini diadakan LM-ZIS,” terang Drs Mansyur Sutedjo, panitia registrasi. Selain khitanan, program tahunan LM-ZIS yang lain adalah menyantuni fakir miskin. “Ada sekitar 40 hingga 50 orang yang disantuni tiap bulan,” tambah karyawan ITS ini menjelaskan.

Antusiasme masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam acara ini sangat besar. Mereka rela datang pukul lima pagi meski sebenarnya acara baru dimulai pukul tujuh pagi. “…. pesertanya ada yang datang jam 5,” ujar Mansyur menegaskan. Jumlah yang mendaftar sebanyak 72 anak. Namun, yang daftar ulang terhitung 62 bocah. Sebagian besar mereka berasal dari kalangan umum di luar ITS. Bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Mojokerto, Sidoarjo dan Madiun. “Kami diberitahu saudara kalau ada kegiatan ini, hitung-hitung sekalian liburan,” ungkap Sri dari Madiun yang mengantarkan anaknya, Haris berusia 9 tahun untuk dikhitan.

Lain lagi dengan Yuda yang berasal dari Mojokerto. Ia mengatakan dirinya datang bersama ayahnya ke ITS. “Tadi berangkat naik bus, “ kata bocah kelas 6 SD ketika ditanya kendaraan yang ia tumpangi untuk ke lokasi. “Lumayan,” tambah Yuda saat ditanya apakah dirinya merasa sakit.

Khitanan massal ini ditangani 10 tenaga medis dari Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya dengan dua dokter yaitu Eko Budi Koendhori dan Khairina. Proses khitan ini menggunakan Cauter. “Orang-orang banyak yang salah menganggapnya sebagai laser,” tandas dokter Eko. Padahal di Cauter tidak ada unsur lasernya sama sekali. Setelah dikhitan, mereka diberi obat yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan. “Jika lebih dari 25 kg, dosisnya 3×1,” kata suami dari Dr Khairina ini.

Berbagai macam reaksi lucu ditunjukkan bocah-bocah itu. Adalah Muhammad Taufiq Ikhsan yang malah tertawa setelah dikhitan. “Nggak terasa,” ungkap anak dari kalangan masyarakat umum ini lugu. Selain gratis, ada empat hadiah dari panitia kepada peserta khitanan massal. Fasilitas itu adalah kopiah, sarung serta baju koko. Semuanya dipakai sebelum pelaksanaan kegiatan. Dan setelah dikhitan, mereka diberi uang saku oleh panitia. (th@/rin)

Berita Terkait