ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
24 Juni 2005, 17:06

Liberalisme Merusak Struktur Ilmu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pluralisme adalah paham yang menganggap seluruh agama adalah sama, semuanya bertujuan pada kebaikan walapun caranya berbeda. Paham ini sudah melanda seluruh agama yang ada, hingga menyebabkan seseorang yang mengikuti paham ini tidak serius dalam menjalankan agama yang dianutnya.

Paham ini juga melanda Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam. Bahkan berkembang menjadi liberalisme yang bisa menghancurkan struktur suatu ilmu termasuk ilmu Islam. Melihat keadaan seperti ini, JMMI ITS mengadakan dialog terbuka dengan tema Invasi dan Hegemoni Barat dalam Studi Islam. JMMI mengundang Adian Husaini, yang mana sudah lama berjuang melawan paham ini.

Adian sudah mengadakan kunjungan ke berbagai Intitusi atau Universitas Islam di Indonesia. Di sana dia melihat paham ini sudah mengakar bahkan mulai dari rektor, dekan, sampai ke mahasiswanya. Bahkan ada ahli agama yang sudah menjadi guru besar atau profesor yang mendukung ide ini karena tidak memahami persoalan yang sebenarnya.

“Ada profesor yang mendukung pluralisme karena menganggap bahwa paham ini adalah bertujuan untuk saling menghormati, tidak saling memaksa untuk menganut agama, dan lainnya. Konsep Ini bukan pluralisme tapi pluralitas. Kalau pluralitas, Agama Islam mendukungnya. Salah satu kosep agama Islam adalah tidak paksaan dalam beragama” kata kandidat PhD di ISTAC (International Institute of Islamic Thougt and Civilization, Malaysia) ini.

Dalam paparannya, dia menunjukkan liberalisme tidak bisa dijadikan suatu metode untuk mempelajari bentuk ilmu apapun apalagi ilmu agama. Dia mencontohkan, “Dalam ilmu ekonomi, kita akan mengenal raksasa-raksasa yang tidak mungkin kita melompatinya tanpa mempelajari ilmu dan pendapatnya dalam masalah ekonomi. Begitu juga dalam ilmu pasti, posisi Newton tidak begitu saja digantikan oleh Stephen hawking, begitu juga anda jika mau menggantikan posisi tersebut, tidak mungkin belum memperoleh penemuan yang hebat mau mengatakan stephen hawking itu salah!. Anda harus melewati raksasa-raksasa dalam bidang ini seperti Einstein, dan lainnya.”

Sebaliknya, Liberalisme yang tidak mungkin melanda ilmu ekonomi, ilmu pasti ataupun kedokteran karena bisa merusak ilmu tersebut, justru malah melanda ilmu-ilmu agama, bukan hanya Islam, tapi seluruh agama yang ada seperti Kristen dan Yahudi. Sehingga yang terjadi adalah pendapat-pendapat yang tidak pantas atau tidak bernilai yang bisa menghancurkan ilmu-ilmu agama, juga ilmu Islam. "Bagaimana mungkin orang bisa mengatakan mushaf utsmani itu salah, padahal mushaf ini tidak diperdebatkan oleh umat Islam selama 1400 tahun, bahkan Ali Bin Abi Tholib. Tetapi ide ini malah muncul dari salah satu ahli agama di Indonesia," jelas Adian sambil memberi contoh liberalisme umat muslim Indoneisa. Tentu saja pihak yang tidak mau agama Islam ini hancur, melawan arus pengaruh liberlisme ini.

Dia memaparkan bagaimana sejarah Liberalisme telah merusak agama-agama terdahulu sebelum Islam. Semua agama yang berada atau mau diakui di barat (Amerika-Eropa) harus mengikuti peradaban barat. Dia memperjuangkan agar agama Islam tetap sesuai dengan aslinya tidak disusupi oleh bentuk apapun yang bisa menghancurkan agama ini. “Islib No!” kata dia, yang artinya menolak liberalisme dan pluralisme, atau peradaban barat lain yang bisa menghancurkan agama Islam.

Liberalisme bagi Adian bukan hanya yang berada pada Jaringan Islam Liberal (JIL). “JIL hanyalah pedangang asongan atau bahkan pemulung ide-ide liberalisme. Ada produsen dan distributor ide-ide ini yang lebis serius daripada JIL," terangnya. Ide Liberalisme bahkan juga masuk sampai pada pergerakan-pergerakan Islam yang ada di Indonesia

Ironisnya, sarjana agama yang seharusnya menjadi benteng ilmu ini terjangkit virus liberalisme terlebih dahulu dan parahnya malah mendukung paham ini. Adian mengatakan, “Jika kalian yang sarjana agama, ahli syariah tidak membela agama ini, ya saya yang mempelajari binatang yang membelanya," kata lulusan Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Karena itu, dia percaya mahasiswa muslim di kampus umum bisa menjadi penyelamat agama Islam dari kehancuran. “Bukan hanya sarjana agama yang bisa nahwu, insinyur juga harus bisa. Rumus di nahwu itu lebih mudah dari pada rumus di ilmu fisika!” kata Adian sambil memberi semangat kepada para calon insinyur untuk mendalami ilmu agama Islam dan menjadi benteng dari kerusakan ilmu Islam. (mac/rin)

Berita Terkait