ITS News

Sabtu, 20 April 2024
22 Juni 2005, 13:06

Nostalgia di Jepang

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Banyak orang ingin mengulang kembali masa-masa kecil sekolahnya di luar negeri dulu. Apalagi jika tanpa biaya. Tapi itulah kesempatan yang didapat Hilmi Tahta Amrillah, mahasiswa angkatan tahun 2001 Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dalam JAL Scholarship 2005 Program.

Kesempatan itu pun tidak mudah diraih putra pertama Pembantu Rektor III ITS, Dr Ir Achmad Jazidie M Eng ini. Selain saingannya adalah berbagai mahasiswa di Indonesia, tiap calon penerima program itu juga diwajibkan untuk membuat esai berbahasa Jepang bertema “Globalisasi ASEAN Abad-21, Apa yang Dapat Kita Lakukan?”

Menurut cowok berkacamata minus ini, kemampuan bahasa Jepangnya tidak diperoleh melalui kursus melainkan pengalamannya selama bersekolah di Jepang. “Saya memang tidak belajar bahasa Jepang lewat kursus, tapi ketika selama tiga tahun saya sekolah di sana, saya memang harus mengerti bahasa Jepang, dan setelah pulang kemampuan itu saya asah dengan cara belajar sendiri dan membaca komik-komik berbahasa Jepang,” katanya.

Kemampuan bahasa Jepang itulah yang digunakannya untuk membuat tulisan untuk mencoba mendapatkan kesempatan JAL Scholorship 2005 Program. “Hasilnya patut saya syukuri, dari 10 orang yang lolos seleksi di Jakarta, ada tiga orang yang berhak memperoleh kesempatan menunjungi Jepang selama 3 minggu, Agustus mendatang. Selain saya dari ITS, juga ada dua mahasiswa lain, masing-masing dari UI Jakarta dan UPI Bandung,” kata Hilmi yang kemampuan bahasa Jepangnya berada di level 2 Nouryoku Shiken.

Dikatakannya, kesempatan yang diperolehnya itu akan dijadikan sebagai nostalgia masa kecilnya selama bersekolah di Jepang dari kelas satu hingga tiga SD dua belas tahun lalu. “Tidak lama memang saya sekolah di sana, tapi begitu mengesankan dan banyak hal bisa saya peroleh, termasuk kemampuan bahasa Jepang yang saya kuasai saat ini,” kata Hilmi, kelahiran Gresik, 22 Februari 1983 ini.

Apa gagasan yang dikemukakan Hilmi hingga ia lolos berangkat ke Jepang? Sangat sederhana, katanya merendah. “Saya hanya menyampaikan gagasan pentingnya penguasaan bahasa dan teknologi informasi didalam memasuki globalisasi. Caranya yang saya usulkan melalui berbagai macam pelatihan baik dari tingkat yang paling bawah hingga ke tingkat pucuk pimpinan,” katanya.

Melalui berbagai macam bentuk pelatihan, masyarakat akan makin paham dan mengerti akan arti pentingnya penguasaan bahasa dan teknologi informasi didalam menghadapi globalisasi. “Pemikiran ini memang sederhana, tapi butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menjalankannya,” kata anak pertama dari tiga bersaudara yang hobi main basket ini. (Humas /rin)

Berita Terkait

ITS Media Center > Profil > Nostalgia di Jepang