ITS News

Kamis, 25 April 2024
07 Mei 2005, 13:05

Gedung lebih beresiko alami kecelakaan kerja

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Masih dalam rangkaian Civil Expo 2005 yang diadakan jurusan Teknik Sipil ITS. Salah satu kegiatannya berupa seminar nasional bertema keselamatan kerja dalam bidang konstruksi, Kamis (5/5) di Gedung Rektorat. Tak tanggung-tanggung, dua orang pembicara didatangkan dari bidangnya. Mereka adalah Ir Didit Oemar Prihadi MM, seorang kontraktor dari Waskita Karya dan Eko Sutrisno HP, ahli K3 umum. Penjelasannya berkisar pandangan K3 oleh perusahaan konstruksi.

Adanya isu internasional yaitu kecendrungan beberapa perusahaan melakukan integrasi sistem managemen mutu (ISO 9001), lingkungan (ISO 14000) dan K3 (OHSAS 18001) yang menjadi penyebab K3 ramai dibicarakan. Ini karena munculnya tuntutan pasar yang meminta sertifikasi sistem managemen tersebut sebagai syarat transaksi bisnis mereka. Penjelasan ini disampaikan Ir Didit Oemar Prihadi MM, kontraktor yang juga dari Surabaya Airport Construction Project. Ia lalu melanjutkan bahwa keselamatan kerja dalam dunia konstruksi ada tiga jenis yaitu air, gedung dan transportasi. “Paling dominan
Didit. Maksudnya, membangun di gedung resiko ketinggiannya lebih besar dibanding yang lain. Sehingga K3 yang diperlukan untuk gedung pun berbeda dengan jalan layang.

K3 memang sangat diperlukan dalam konstruksi sebab dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, antara lain menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Didit mengungkap, data kecelakaan sektoral menginformasikan bahwa kecelakaan kerja banyak dialami oleh kegiatan konstruksi dan industri. “31,9 prosen dari konstruksi dan 31,6 prosen dari industri,” katanya. Ini mengindikasikan bahwa K3 harus benar-benar diterapkan. Didit kemudian bercerita tragedi tower plan yang rubuh di brawijaya kemarin. Diam-diam ia meneliti penyebabnya. “Bukan alatnya yang sudah tua tapi karena pondasinya,” komentarnya.

Lain halnya dengan Didit yang menyikapi K3 menurut pandangan kontraktor. Eko Sutrisno HP, ahli K3 umum memilih membicarakan tentang HIRARC, rohnya K3. HIRARC merupakan singkatan dari tiga unsur yaitu Hazard Identification,Risk Assesment and Risk control . “Potensi bahaya nggak bisa dihilangkan tapi bisa diminimalkan,” itulah inti yang disampaikan. Sehingga dalam brainstorming, sekecil apapun bahaya tetap harus ditulis, walaupun sangat tidak bermutu. Menurutnya, ini berguna untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang dapat ditimbulkan dan kita dapat segera mengambil tindakan untuk mencegahnya.

Eko menjelaskan sebuah studi tentang rasio kecelakaan yang dilakukan Frank Bird,Jr. Disana terungkap bahwa dari 600 kali terjadiinsiden tanpa luka (baca:kecelakaan), satu kali lagi bisa mati. Artinya, kecelakaan kecil tidak bisa disepelekan. “Kalau sudah kena 599 kali, berhenti dulu jangan dilanjut,” kata Eko dengan nada bercanda membuat tawa seisi ruangan. (th@/sep)

Berita Terkait