ITS News

Jumat, 19 April 2024
08 April 2005, 16:04

Kuliah Dobel, Berhasil Kembangkan Teknologi Jaring Asmara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebelumnya Fajar Baskoro sang dosen, melalui lembaga RIMA (Research Institute for web and Mobile Application) memang mengembangkan software Asmara yang mengintegrasikan kiriman SMS (Short Messaging Service) ke dalam tampilan web. Kini mahasiswa kelahiran, Denpasar, 4 Februari 1982, berhasil mengintegrasikan berbagai alat komunikasi menjadi satu kesatuan. ”Pengembangan jaring asmara ini muncul ketika di masyarakat ada banyak aspirasi, kritikan, maupun saran yang hanya sekedar ditampung dan dicatat secara manual, sehingga seringkali aspirasi itu menguap, tanpa bias dicek ulang,” katanya.

Selain itu, katanya menambahkan, teknologi ini diharapkan bias mencegah penyampaian aspirasi yang kelewatan seperti munculnya berbagai demo. ”Saya berhasil mengembangkan teknologi atas bimbingan Pak Fajar dan Pak Hakim di Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak untuk kepentingan tugas akhir,” kata mahasiswa ITS angkatan tahun 2000 ini yang biasa dipanggil Rahde ini. Dijelaskannya, teknologi jaring asmara yang dikembangkannya itu berprinsip pada bagaimana mengintegrasikan peralatan penyampaian komunikasi dan data yang selama ini terpisah-pisah, seperti faksimile, suara telepon, email, dan SMS. ”Dengan teknologi ini baik suara telepon, SMS, maupun tulisan di dalam faksimile bisa di arsip ke dalam satu sistem komputer. Manfaatnya bisa digunakan oleh pemerintah dalam mengambil keputusan, serta sebagai monitoring masyarakat, apa saja dari aspirasi tersebut yang telah dilaksanakan dan mana yang belum,” katanya.

Rahed berharap, dengan teknologi ini akan tercipta birokrasi yang makin transparan dan akuntabel, karena memang tidak terlalu mahal untuk direalisasikan. ”Teknologi ini pada prinsipnya terdiri dari komputer, modem suara/faksimile, dan handphone yang disambungkan dan dijadikan satu dengan komputer . Suara telepon ditangkap oleh modem, kemudian data suaranya disimpan dan jika sewaktu-waktu dibutuhkan bisa diperdengarkan kembali. Sedang data faksimile ditangkap modem kemudian diekstrak dan dijadikan data teks, sehingga bisa ditampilkan dalam bentuk laporan tertulis dan sudah dalam data digital,” katanya.

Dijelaskannya, secara internal teknologi ini menggabungkan teknologi IVR (Interactive Voice Respond) yang ada di telebanking dengan teknologi pengoolahan data teks yang berbasis SMS dan email. ”Titik tekan yang lain adalah kemampuannya untuk bisa mengarsip data faksimile yang biasanya berupa lembaran-lembaran kertas menjadi data digital yang siap digunakan untuk membuat laporan dalam bentuk apa pun secara cepat,” katanya. Ditanya bagaimana menjalankan kuliah dobel tetapi tetap berprestasi? Rahde tidak banyak bercerita. ”Saya hanya mengatur bagaimana saat ujian tidak berbenturan antara yang di ITS dan Unair. Kalau pun terjadi saya akan memilih ITS lebih dahulu, baru kemudian lari ke Unair,” katanya.

Fajar Baskoro yang mendampingi mahasiswanya mengenalkan teknologi ini kepada para wartawan Jumat (8/4) siang mengatakan, teknologi ini dibuat dengan paradigma baru pemerintahan yang mengarah kepada pelaksanaan E-Government, pemerintahan yang didukung dengan penggunaan teknologi informasi secara maksimal, bukan pemerintahan yang bertumpu pada kinerja birokrasi saja. ”Kongkritnya yang bisa memanfaatkan teknologi ini bisa kalangan DPRD, dinas-dinas, pemerintahan kota dan bisa pula lembaga pendidikan,” katanya.

Dengan teknologi ini, kata Fajar menambahkan, model pengaduan, polling atau jajak pendapat dan masukan-masukan yang diharapkan datang dari masyarakat bisa dilakukan selama 24 jam tanpa menggunakan operator. ”Sudah barang tentu cara ini juga dapat menghemat pembiayaan. Ke depan model integrasi ini akan ditambahkan dengan model MMS,” katanya. (humas/bch)

Berita Terkait