ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
24 Maret 2005, 08:03

Tantang ITS Buat Kapal Hemat Bahan Bakar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tantangan itu disampaikan langsung Freddy Numberi dalam kunjungan ke Kampus ITS, Rabu (23/3) sore. “Kami menginginkan ITS setelah bisa membuat kapal dengan berbagai macam ukuran dapat pula membuat kapal yang hemat didalam penggunaan bahan bakar. Ini penting karena harga BBM terus mengalami kenaikan,” katanya.

Dikatakannya, saat ini di Aceh sudah ada sekitar 561 kapal nelayan yang menggunakan alat penghematan bahan bakar. “Kalau ITS sudah bisa membuat kapalnya, maka tantangan berikutnya bagimana jika kapal-kapal itu dikembangkan untuk bisa menghemat penggunaan bahan bakar,” katanya.

Freddy yakin ITS bisa mewujudkannya, karena teknologinya sangat sederhana, tapi bisa menghemat bahan bakar hingga 20 persen. ”Ini tantangan yang harus segera bisa dijawab, karena kita tidak ingin terus menerus bergantung dengan peralatan-peralatan luar negeri, apalagi secara prinsip kita sudah menguasai teknologinya,” katanya.

Dalam kunjungan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyampaikan keinginannya untuk memesan kebutuhan kapal untuk nelayan Aceh kepada ITS. Berapa jumlahnya? “Kita akan lihat dulu nanti, yang jelas cukup banyak, karena untuk merehabilitasi nelayan di Aceh akibat tsunami dibutuhkan sedikitnya sepuluh ribu kapal,” katanya.

Jumlah itu, kata mantan Duta Besar RI untuk Italia ini, tidak akan bisa segera diselesaikan jika hanya mengandalkan dengan satu atau dua tempat pembuatan kapal, karena itu ITS kami minta bisa berpartisipasi.

Dalam kunjungan Freddy Numberi itu, ITS memang telah menyiapkan berbagai model kapal jenis penangkap ikan untuk para nelayan, mengenalkan teknologi-teknologi kelautan, serta menyampaikan pemikiran dan konsep information and communication technology (ICT) yang berkait dengan bidang kelautan.

Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu direktorat di Departemen Kelautan dan Perikanan memang telah menyiapkan program untuk segera melautkan para nelayan di Aceh, program itu diwujudkan Dirjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dengan memesan sedikitnya 100 kapal kano untuk nelayan Aceh ke ITS.

Sebelumnya, selain Rumah ITS untuk Aceh (RIA), ITS memang menggagas untuk pembuatan kapal bagi masyarakat Aceh. Konsep kapal yang paling murah dan sudah dipesan PT Terminal Peti Kemas Surabaya hanya memakan biaya sekitar Rp 2,5 juta per kapal dengan ukuran panjang sekitar 4,6 meter dan lebar 0,6 meter. Kapal jenis ini dapat dibuat dalam hitungan hari dan bahan baku yang dibutuhkan hanya playwood, kawat tembaga untuk menjahit kapal
serta resin untuk merapatkan bagian sambungan.

Sedang untuk konsep kapal lainnya, masih butuh waktu pengerjaan lebih lama dan lebih mahal, karena memang diperuntukkan bagi nelayan dalam jumlah besar dan panjang kapalnya mencapai 15 meter. Kedatangan Freddy Numberi sebenarnya dijadwalkan Kamis (24/3) untuk memberikan keynote speaker dalam pembukaan seminar internasional
early warning systems of disasters, tapi mengingat padatnya jadwal dengan kepala negara, akhirnya diputuskan untuk datang lebih awal, Rabu sore.

Seminar internasional itu memang selain akan membahas masalah-masalah yang berkait dengan upaya bagaimana memberikan peringatan dini sebelum terjadinya bencana kepada masyarakat, juga akan membahas tentang penanganan Aceh pasca bencana. ”Dalam seminar itu ITS memang akan menyampaikan konsep tentang bagaimana penataan kembali wilayah-wilayah yang sudah terkena tsunami,” kata Ir Amien Widodo MT dari pusat studi
bencana ITS.

Konsep itu, katanya menjelaskan berupa paparan tentang upaya melakukan rekonstruksi dan penataan ruang yang bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terhadap terjadinya kembali tsunami. ”Tentu saja konsep itu bukan hanya berlaku di Aceh, tapi juga bisa diterapkan di wilayah-wilayah Indonesia yang rawan gempa dan tsunami,” katanya. (Humas/tov)

Berita Terkait