ITS News

Kamis, 18 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Tim Maritime Challenge (MC) ITS tiba hari ini

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketika dihubungi per telepon sekitar pukul 22.00 Rabu malam lalu, tim ITS sudah berada di Paris, dan akan bersiap-siap pulang ke tanah air. Saat itu, waktu di kota Paris sekitar pukul 17.00. Boy Kundoko, salah satu anggota tim ITS Maritime Challenge (ITS MC) 2004 yang menerima telepon, sangat gembira. Ini terkesan dari suaranya yang bersemangat saat bicara di telepon.

Di Paris, tim ITS menginap di apartemen milik Ibrahim, warga Balikpapan yang sedang studi di Prancis. "Kami sudah tiga hari di rumah Mas Ibrahim," kata Boy. Selama di rumah Ibrahim, mereka selalu memasak makanan Indonesia. Mulai dari membuat nasi pecel, sayur asem, lodeh, dan ayam goreng. "Pokoknya, menu setiap hari Indonesian Food," kata mahasiswa jurusan Teknik Perkapalan ini.

Bagaimana pengalaman selama mengikuti International Maritime Challenge 2004 di Toulon? Sejak awal, hampir semua tim merasa terharu, melihat bendera merah putih berkibar di sana. Lebih bangga lagi, saat pembukaan IMC 2004, kapal Merdeka milik tim ITS merupakan satu-satunya kapal peserta yang dinaiki wali kota Toulon.

Menurut Boy, tim yang dikoordinatori Nanang Setyobudi ini punya prestasi gemilang di tiga nomor. Yakni Captain Gigs, Rally du Port, dan Slalom. Untuk tiga kategori ini, mereka meraih poin tinggi. "Terutama untuk Captain Gigs, kami tampil lain daripada yang lain. Saat selesai mengantar tamu, kami memberi penghormatan dengan mengangkat dayung. Ini tidak dilakukan tim lain," katanya. Selain itu, kostum yang digunakan, yakni batik dan udeng Bali, menarik perhatian penonton dan peserta yang lain.

Yang berkesan, kata Boy, tarian Remo dan Pak Sakerah yang dibawakan tim ini juga sangat memukau. Ini karena tim-tim lain hampir semuanya menampilkan tarian bermusik country, disco, dan sebagainya. Hanya tim ITS yang menampilkan tarian tradisional. Tim ITS tampil menari pada 27 Juli malam (waktu setempat). "Tapi, kami diminta secara khusus untuk menari lagi di malam penutupan, 30 Juli," kata Boy, yang bertugas sebagai captain kapal ini.

Di malam penutupan itulah tim Indonesia banyak dikerubuti peserta lain. Mereka berebut meminta kostum yang dipakai tim ITS MC. Mulai dari baju batik, udeng Bali, sampai baju Pak Sakerah, yang dipakai untuk menari. "Bahkan ada yang rela membayar berapa pun untuk mendapatkan kostum kami," katanya.

Tapi, oleh pembina tim I Ketut Arya Pria Utama, mereka tidak boleh menjual kostum tersebut. "Kami boleh barter atau memberikan secara cuma-cuma," terangnya. Para anggota tim ITS sangat beruntung. Kostum dan aksesoris mereka ada yang ditukar dengan kaus Adidas asli, kaus Reebook asli, sepatu Nike, dan sebagainya. "Bahkan, baju batik Ucok Suprianto ditukar dengan kacamata seharga 120 Euro (senilai Rp 1,32 juta, kurs 1 Euro=Rp 11.000)," kata Boy.

Padahal, kata Boy, baju-baju batik itu mereka beli di Pasar Turi seharga Rp 25 ribu per biji. Sedangkan udeng Bali yang mereka kenakan, merupakan pemberian Ketut, panggilan I Ketut Aria Pria Utama. "Kalau baju Pak Sakerah, disumbang oleh Pemkab Bangkalan," tandasnya.

Sementara itu, ITS punya rencana untuk menyambut kedatangan tim dari Prancis tersebut. Begitu mendarat di Bandara Juanda, tim ITS MC akan diarak hingga ke kampus ITS.
(tom,Jawapos 6/8)

Berita Terkait