ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

TAK UNTUNG MALAH BUNTUNG

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar bertajuk Motivation For Succes For An Entrepreneur ini digelar dengan mengundang tiga pembicara. Antara lain Paulus Winarto yang dikenal sebagai penulis buku best seller, First Step To Be Entrepreneur.

Tampil sebagai pembicara pertama, pria kelahiran Sorong, 17 Agustus 1975 ini mengangkat topik Entrepreneur For All Generations. Dengan guyonannya yang khas, ia berhasil mengangkat suasana.

Terbukti di sesi tanya jawab, pria berperawakan tambun ini kebanjiran pertanyaan. Bahkan hingga akhir acara, ia masih saja diserbu mahasiswa yang meminta saran-saran berbisnis darinya.

Saat ditemui ITS Online, Paulus menyatakan jiwa entrepreneur yang dimiliki mahasiswa ITS tercermin dari minatnya untuk menambah wawasan mengenai entrepreneurship itu sendiri.

Meski untuk itu, ia kembali menekankan faktor keadaan dan usaha-lah yang berperan dalam menentukan kesuksesan seorang entrepreneur.

"Asalkan jeli melihat peluang di sekeliling, seseorang bisa memulai langkah sebagai entrepreneur. Tak perlu takut mengambil risiko. Mulailah dengan modal kecil dahulu", tuturnya memberi saran.

Selepas jeda, acara kembali dilanjutkan dengan menggandeng Johanes Arifin Wijaya sebagai pembicara. Pria yang mengenakan pakaian serba hitam ini mengangkat topik pembicaraan sesuai judul bukunya.

Kebetulan judul bukunya itu dijadikan topik seminar oleh panitia penyelenggara. Pria usia 27 tahun ini menekankan pentingnya arti cinta sebagai motivasi utama dalam berwirausaha. Ia sendiri tak segan untuk membagikan bukunya kepada peserta yang berhasil memberikan jawaban tepat terhadap pertanyaannya.

Pria tinggi tegap yang berdomisili di Jakarta ini percaya bahwa surga berada di telapak kaki ibu. Ia berteguh pada kepercayaan bahwa rasa sayang yang semakin dalam terhadap orang tua mendatangkan rejeki yang makin berlimpah.

"Saya berhasil mendapatkan tender suatu proyek, setelah membasuh muka dan minum air rendaman kaki ibu". Entah sugesti atau bukan yang jelas keampuhannya dialami oleh Johanes sendiri.

Malangnya, acara berbobot ini sepi dari peminat. Sehari sebelum penyelenggaraan jumlah peserta yang mendaftar baru 11 orang. Akhirnya panitia mengambil inisiatif untuk memberikan potongan harga kepada peserta yang mendaftar pada hari H.

Menurut Sigit Ismaya, sang ketua panitia, kegagalan ini disebabkan oleh jenuhnya mahasiswa dengan kegiatan yang ada. "Akhir-akhir ini terlalu banyak kegiatan sejenis, banyak jurusan lain yang juga menyelenggarakan seminar", tuturnya.

Meski begitu, ia tetap bersemangat melanjutkan acara ini. Baginya, kerugian materi masih lebih baik daripada Dekkim kehilangan nama baik. "Kerugian ini akan ditutup dari kas himpunan", tuturnya menerangkan.

Meskipun begitu, acara ini akhirnya diikuti oleh 70 orang. Fuad (25) dari Unesa menyambut kegiatan semacam ini dengan antusias. Menurut alumni jurusan Ekonomi Tata Niaga, kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk memperluas jaringan dengan menambah kolega bisnis.

"Di sini saya bisa menambah kenalan untuk memperluas usaha saya di bidang rental komputer",ujarnya sambil menyebut tempat usahanya yang terletak di bilangan Semolowaru. Meski tak sukses secara finansial, namun tampaknya seminar semacam ini membawa angin baru bagi mahasiswa ITS.(elg/rom)

Berita Terkait