Rabu, 05/06/2002

SURABAYA – Bila tahun lalu setiap mahasiswa ditarik Rp 1 juta untuk satu tahun, kali ini mahasiswa baru dipatok SPP sebesar Rp 1,2 juta. Tahun ini ITS menerima 1.700 mahasiswa baru.

"Biar SPP-nya sudah dinaikkan, sebenarnya tetap belum memenuhi kebutuhan kami," tutur Rektor ITS Prof Ir Soegiono blak-blakan, kemarin. Soegiono memberi contoh kecil seperti pembayaran tarif listrik. Setiap tahun, katanya, ITS harus mengeluarkan tak kurang Rp 800 juta. Bahkan, tahun ini Soegiono mengaku tagihan listrik ITS mencapai Rp 1,2 M.

Meningkatnya tagihan listrik itu, menurut Soegiono, merupakan konsekuensi yang harus ditanggung menyusul bertambahnya sarana dan prasarana yang dimiliki ITS. "Lima tahun terakhir kita dapat bantuan pinjaman dana dari ADB sebesar USD 50 juta untuk peralatan, laboratorium dan berbagai sarana lainnya," ujar pria yang ramah ini. Kini, semuanya sudah operasional. "Nah, itu kan perlu daya yang besar," tuturnya. Belum lagi fasilitas berupa 200 laboratorium yang dimiliki ITS.

Kata dia, dana dari mahasiswa ITS yang berjumlah 16.500 orang hanya mencukupi 20 persen dari total kebutuhan setiap tahunnya yang mencapai Rp 70 M lebih. "Itu sebabnya, sampai saat ini kita masih tergantung topangan dana dari pemerintah, serta dana dari berbagai sumber lain," jelasnya.

Idealnya, menurut Prof Soegiono, mahasiswa setiap tahunnya membayar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. "Dengan begitu, sebuah institusi baru bisa membangun dengan baik dan bisa memenuhi kebutuhan dengan baik," terangnya.

Soegiono mengaku, sampai saat ini ITS tetap membangun sarana dan prasarana, biar pun secara bertahap. "Untungnya ITS dibangun dengan aset yang kuat. Sehingga biar pembangunan tak bisa cepat, tapi untuk pendidikan sumber daya kita tetap unggul," tandasnya. Aset itu di antaranya 150 tenaga pengajar bergelar doktor, 350 master, 200 laboratorium. Saat ini ITS memiliki 5 fakultas dengan 23 program studi. (ani)