ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Satu Joki Ketahuan Ikut TOEFL

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pelaksanaan ujian ulang tes TOEFL bagi calon wisudawan ITS, Rabu (16/2) ditandai dengan ditemukannya seorang joki yang menyamar sebagai mahasiswa ITS untuk mengerjakan tes tersebut. Hal itu diungkap Kepala UPT Pusat Bahasa ITS, Dra Lubna Algadrie, Dipl TEFL MA. "Hari ini kami menemukan satu joki yang menggantikan seorang mahasiswi ITS untuk mengerjakan tes TOEFL itu. Tapi ketahuan dan kami telah memanggil mahasiswi yang bersangkutan untuk mendapat peringatan keras," katanya.

Dikatakan Lubna, sejak pelaksanaan tes TOEFL yang kini menjadi salah satu syarat kelulusan, lembaganya telah menangkap sedikitnya sembilan joki. Kesemua joki ini telah dikenai tindakan. "Kami melihat munculnya joki itu wajar adanya, mengingat dalam kondisi terdesak biasanya orang melakukan cara apa saja, tapi kami tidak beri toleransi tindakan itu sedikit pun, karena itu mereka kami beri sanksi keras," ucapnya.

Lubna juga mempertanyakan sikap mahasiswa yang ingin menawar tentang standar minimal yang harus diperoleh untuk mengikuti wisuda. Seperti diketahui, mulai wisuda Maret 2005 ini, ITS menerapkan persyaratan bagi mahasiswa calon wusudawan untuk mencapai nilai TOEFL 450 untuk jenjang D3, D4, dan S1, 475 untuk S2, dan 500 untuk S3. Persyaratan nilai TOEFL itu diambil karena ITS ingin meningkatkan kualitas lulusannya, dan salah satu yang ingin diterapkan adalah kemampuan komunikasi bahasa Inggris dengan mengukur nilai TOEFL dari para calon wisudawan.

Lubna merasa apa yang telah diperoleh dari hasil tes TOEFL ITS cukup baik, karena hanya sekitar 22,30 persen saja lulusan mahasiswa ITS tidak mencapai standar nilai TOEFL yang telah ditetapkan dari sekitar 1.200 calon wisudawan periode Maret 2005.

Sementara itu, sekitar 25 mahasiswa S2, usai mengikuti ujian ulang tes TOEFL, Rabu sore mendatangi rektorat untuk meminta penjelasan lebih detail tentang penerapan nilai TOEFL sebagai persyaratan kelulusan. Mereka diterima Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA dan Pembantu Rektor I, Prof Ir Noor Endah MSc PhD.

Seorang utusan mengutarakan tentang penerapan nilai TOEFL yang dianggap kurang sosialisasi di tingkat jurusan, karena itu mereka meminta untuk pelaksanaan wisuda Maret mendatang diberikan dispensasi, mengingat pada wisuda September 2004 lalu hal itu juga belum diberlakukan. "Sesungguhnya kami tidak keberatan atas penerapan itu, yang kami ingin sampaikan adalah kurangnya sosialisasi di tingkat jurusan," kata salah seorang perwakilan dari mereka.

Sebelumnya, sesaat akan mengikuti tes di UPT Pusat Bahasa ITS, mereka mengatakan, apa yang kini diterapkan ITS telah menghambat proses wisuda, padahal mereka adalah bagian dari mahasiswa tugas belajar yang dibatasi waktu untuk menyelesaikan studi. "Apakah hanya karena nilai TOEFL yang belum memenuhi standar kami kemudian harus menunggu hingga wisuda periode September 2005," katanya bernada tanya.

Menjawab hal itu, Nuh membantah jika sosialisasi nilai TOEFL sebagai syarat wisuda seperti yang tertuang dalam Peraturan Akedemik 2004 itu belum dijalankan dengan baik. "Secara formal melalui Buletin Upload, terbitan yang diberikan gratis ke jurusan-jurusan sudah dilakukan sejak September 2004, dan bahkan pada edisi November 2004, dijadikan sebagai laporan utama pada terbitan itu. Jadi tidak ada alasan untuk menunda atau memberikan dispensasi lagi," katanya. Apalagi, katanya menambahkan, hasil tes yang diperoleh ada fakultas dan jurusan yang mahasiswanya 100 persen lulus nilai TOEFL-nya, yakni pada Fakultas Teknologi Informasi dan Jurusan Teknik Mesin.

Mantan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ini juga menjelaskan panjang lebar kepada para mahasiswa S2 tentang alasan kenapa ITS mensyaratkan nilai TOEFL minimal untuk mengikuti wisuda. "Ini merupakan keinginan lama agar lulusan ITS memang benar-benar memiliki kemampuan bahasa Inggris memadai. Sejak tahun 2002 keinginan itu terus dibicarakan, dan baru pada Peraturan Akademik 2004 kami bisa menetapkannya sebagai sebuah persyaratan untuk wisuda. Saya pikir ini merupakan langkah yang harusnya tidak perlu disesali bagi mahasiswa yang tidak bisa diwisuda karena nilai TOEFL-nya tidak mencukupi," katanya.

Karena itu ITS, kata Nuh menambahkan, akan memberikan jalan keluar, jika memang pada ujian ulang hari ini masih ada yang tidak lulus. "Pertama, mahasiswa akan diberikan latihan-latihan TOEFL secara gratis di laboratorium bahasa agar yang bersangkutan segera memenuhi standar TOEFL. Kedua, dipersilahkan untuk mengambil kursus di tempat lain atau di tempat asal, karena memang harus kembali ke sana, dan nanti mengikuti tes TOEFL di ITS," katanya.

Tapi bagi ITS, kata Nuh menjelaskan, penerapan itu tidak bisa lagi ditawar-tawar. "Kami telah memberi kesempatan sekali lagi untuk mengikuti tes itu, tapi kami tidak bisa memberikan dispensasi atau toleransi dengan cara menurunkan standar nilai minimal TOEFL yang harus diperoleh untuk syarat wisuda," katanya. (Humas/tov)

Berita Terkait