ITS News

Selasa, 23 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Rumah Instant ITS untuk Masyarakat Aceh

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Rumah instant itu kini sedang dibuat tim dosen di Laboratorium Perumahan dan Permukiman Jurusan Arsitektur. "Konsepnya sebenarnya bukan baru, karena pada tahun 1980-an ini pernah diusulkan, tapi karena masyarakat memiliki banyak pilihan terhadap bahan baku, maka akhirnya tidak terperhatikan," kata Wahyu Setyawan ST, MT.

Kini, katanya menjelaskan, di tengah berbagai kemungkinan yang dialami masyarakat Aceh akibat gempa bumi dan gelombang tsunami, kami kembali mengusulkan ide dan konsep rumah sederhana yang bahan bakunya hanya butuh papan, sedang alat yang digunakan hanya gergaji dan palu. "Soal pengaruhnya terhadap gempa, kami yakni karena strukturnya fleksibel dan terbuat dari kayu, maka dapat dipastikan rumah ini tahan terhadap gempa," katanya.

Wahyu yang mengerjakan bersama para dosen muda di laboratorium yang dipimpin oleh Prof Ir Johan Silas itu mengatakan, rumah yang mereka konsep ini dengan asumsi di daerah bencana itu sulit mendapatkan bahan baku untuk membangun rumah secara cepat, demikian juga dengan tenaga yang akan mengerjakannya. "Karena itu rumah ini sebenarnya bisa dibangun oleh masyarakat sendiri baik laki-laki maupun perempuan, tanpa melibatkan tukang atau pekerja lain. Kami memang berharap mereka yang membutuhkan tempat tinggal itu yang nantinya akan membangun sendiri. Kini kami sedang menyiapkan modul-modul bagaimana tahapan untuk membangun rumah itu, yang bisa kami tularkan pada masyarakat di sana," katanya.

Ada empat dosen muda yang terlibat didalam mempersiapkan rumah sederhana itu, selain Wahyu ada Hertiarti Idajati ST, Erika Juni Astuti ST, dan Aldrin Yusuf ST. Mereka kini siang dan malam sedang mempersiapkan maket dan modul-modul tersebut. Menurut rencana Jumat, 7 Januari 2005, tim akan membangun rumah tersebut dalam sebenarnya satu banding satu. "Kami berharap rumah yang kami siapkan ini bisa diterima oleh masyarakat Aceh yang memang kini sangat membutuhkan tempat tinggal, karena memang tidak mungkin terus menerus tinggal di penampungan," katanya.

Karena itu dalam rencana berikutnya, setelah rumah contoh berhasil diwujudkan di ITS, ia akan berangkat bersama beberapa tim ITS ke Aceh sambil membawa seperangkat bahan baku dan peralatan yang memang sudah siap untuk mendirikan rumah. "Dalam bayangan kami, jika di sebuah daerah butuh sekitar seratus rumah, mungkin kami hanya akan menyiapkan sekitar 30-40 rumah, sisanya biar masyarakat nanti yang akan membangun rumahnya sendiri, sesuai dengan kebutuhan dan fungsi yang diinginkannya," katanya.

Ini mengingat, kata Wahyu yang didampingi Johan Silas menjelaskan, rumah yang disiapkan ini bisa difungsikan untuk rumah tinggal, kantor kelurahan atau desa, puskesmas dan lainnya. "Karena itu nantinya kami akan menyiapkan komponen dari bahan yang sudah di potong-potong sesuai kebutuhan, sehingga masyarakat tinggal memasangnya saja. Dalam modul itu akan dilengkapi tiga gergaji dan dua palu serta beberapa paku dengan hanya untuk dua macam ukuran," katanya.

Disamping itu, katanya menambahkan, pihaknya juga akan mencoba membantu untuk menata kawasan pada perumahan yang akan di bangun di sana, misalnya menyangkut pengaturan jalan, penanaman pohon dan lainnya. "Sesungguhnya apa yang kami kerjakan ini orang lain juga bisa mengerjakannya, persoalannya mungkin orang lain belum memikirkannya sampai ke arah sana," katanya.

Rumah Instan
Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA sebelumnya memang berjanji akan menyiapkan bantuan rumah siap berdiri dengan sistem "knock down" untuk para korban bencana Aceh. Rumah instan tinggal pasang ini diharapkan bisa menjadi bagian dari percepatan rehabilitasi Aceh pasca gempa. "Rumah ini diharapkan bisa menjadi solusi cepat guna menempatkan kembali ke rumah masing-masing warga Aceh yang kini menempati kamp-kamp pengungsian. Sebab, bagaimanapun hidup di pengungsian selain tidak sehat secara medis, juga tidak sehat secara social," katanya.

Menurut Nuh, rancang bangun rumah buatan ITS itu setelah rampung tinggal memproduksi sesuai dengan kebutuhan. "Kami bukan lembaga bisnis. Kami hanya bisa membantu dari sisi ide. Jika ada pihak yang membantu, rumah "knock down" ini bisa segera diwujudkan," katanya. Nuh mengatakan, rumah ini memiliki ukuran sama dengan RSS (Rumah Sangat Sederhana) tipe 21. Bahan, bisa dibuat dari kayu, atau bahan lain yang lebih murah. Karena Aceh dalam kondisi darurat, maka rumah ini tinggal dipasang begitu saja. "Kalau di sana paku susah dibeli, kami akan buat paku yang terbuat dari kayu, dan tinggal pasang," katanya.

Soal harga, Nuh belum bisa mengkalkulasi. Yang jelas, kata dia, rumah knock down ini bisa menggunakan bahan yang semurah mungkin. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di daerah yang dekat dengan Aceh. "Produksinya bisa di Medan atau tempat yang paling dekat dengan Aceh. Kita tinggal mengirim modul-modulnya untuk diduplikasi," katanya. (Humas/bch)

Berita Terkait