ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Pribumi Juga Berhak Wirausaha

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ITS kembali marak dengan berbagai kegiatan mahasiswa. Kemarin (24-25/09), digelar Pelatihan 'Business and Marketing Strategy' selama dua hari oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI). Berbagai kiat menarik dipaparkan dalam melihat peluang usaha serta menjaga terciptanya peluang tersebut.

"Saat ini lapangan pekerjaan sudah sedemikian sulit. Sudah saatnya kita melirik sebuah jalan baru. Yaitu wirausaha," kata Sulistyono, Direktur Phi Beta. Menurutnya, peluang wirausaha tidak hanya milik satu golongan atau satu etnis semata. Tetapi, semua orang berkesempatan mencoba berwirausaha. "Hanya saja pribumi mentalnya biasanya gampang putus asa," imbuh pria yang suka humor ini.

Lalu apa kiatnya? "Percaya diri dan jujur dalam berusaha," jawabnya. Dengan melakukan wirausaha secara jujur kepercayaan konsumen maupun pihak luar akan terbangun sendirinya. Sedangkan kepercayaan diri membuat wirausahawan yakin bahwa nasib hanya bisa diubah dengan usaha keras. "Hal itu dulu yang harus diyakini," tegas Sulistyono meyakinkan.

Selain membahas minat wirausaha. Pelatihan kali ini juga mengupas manajemen hubungan dengan konsumen. Pada sesi tersebut acara dipandu oleh Suroso,M.Sc., Supervisor pemasaran PT Asuransi Bumiputera.

"Satu hal yang membuat saya senang dengan pemasaran adalah keyakinan," tandas pria tambun ini. Keyakinan itu, menurutnya, setiap orang adalah salesman. Hanya saja dagangannya yang berbeda. "Seorang karyawan kan menjual keterampilannya saat bekerja. Jadi sama dengan salesman," kata Suroso mencontohkan.

Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan saat meyakinkan calon konsumen. Yaitu konsep AIDA. Yakni, attention, interest, desire, dan action. Attention atau perhatian merupakan hal pertama yang harus diraih saat menjalin konsumen. Pada tahapan ini produk yang akan diperkenalkan tidaklah menjadi bahasan. Masuk pada tahapan kedua, interest, saat ini minat mendengar calon konsumen terhadap produk harus didapatkan.

Setelah menaruh minat, maka calon konsumen akan menjadi tertarik pada produk yang ditawarkan. "Dan terakhir konsumen itu diusahakan melakukan tindakan nyata ketertarikannya terhadap produk yang kita tawarkan, "jelas lulusan IKIP Surabaya ini.

Yang menarik dalam sesi ini, peserta diberikan studi kasus dan mencoba untuk memecahkan persoalan dalam menggaet konsumen. "Konsumen itu ada yang gampang, ada pula yang menyusahkan. Kita baru boleh menyerah jika sudah enam belas kali mendatanginya," papar Suroso yang disambut tawa peserta. (ryo/bch)

Berita Terkait