ITS News

Sabtu, 20 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Pinardi: Sempat Kuliah Dipinggir Kali

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Pak Pin adalah Guru yang paling trendy," itulah gambaran seorang Prof Ir Pinardi Koestalam MSc dari beberapa mantan mahasiswa, Ir Joko Margono, MBA (PT KAI) dan Ir Harry Subagio MM (PT PELINDO III) ditengah memberikan materi seminar nasional ‘Manajemen Transportasi Intermoda Menyambut Surabaya Metropolitan’. Seminar yang diselenggarakan Kamis lalu, (25/11) itu tak lain adalah sebagai sebuah penghargaan terakhir kepada Pak Pin (panggilan akrab Prof Pinardi) atas darma baktinya di ITS.

37 tahun pengabdiannya bukanlah waktu yang singkat. Laki-laki kelahiran malang 21 Desember 1938 ini telah banyak mereguk suka duka di ITS. Pak Pin masuk di ITS sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil pada tahun 1957. "Saat itu ITS masih swasta dan bernama YPPT, belum banyak dikenal. Baru pada tahun 1960 berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN)," kata Pak Pin mengawali kisahnya.

Banyak kenangan diungkap. "Dulu saya sempat sekolah di pinggir kali," kenang Pak Pin. Hal itu dikarenakan saat itu kampus ITS masih terpencar dan salah satunya bertempat di Jalan Ketabang Kali 2F. Lalu, mengenai perbedaan ITS dulu dan sekarang, Pak Pin menjawab sangat berbeda. "Dengan perubahan gedung semacam itu, berdinding papan kayu, menjadi seperti sekarang tentunya sangat berbeda. Sekarang pada musim panas mahasiswa dan dosen tetap segar saat kegiatan belajar mengajar. Terutama pada Jurusan Teknik Sipil yang kelasnya sudah ber-AC. Kalau dulu banyak yang kipas-kipas kegerahan," tutur Pak Pin. Meskipun demikian, Ia menambahkan saat itu mahasiswa tetap disiplin mengikuti kuliah, tidak banyak yang bolos.

Setelah meraih gelar insinyur Teknik Sipil (1966). Januari 1967, Pak Pin mulai merintis karir di ITS sebagai dosen tetap Fakultas Teknik Sipil. Selama karirnya di ITS, Pak Pin dikenal sebagai pribadi yang konsisten, taat asas, jujur, bijaksana, dan dicintai mahasiswanya. Disamping aktif di kegiatan akademis, ia juga aktif dalam manajemen dan organisasi di ITS maupun diluar kampus. Dalam lingkup ITS, berbagai jabatan struktural pernah diraih pria berkacamata ini. Sebut saja, jabatan Pembantu Dekan I FTSP ITS yang pernah ia jabat selama dua periode (1984-1990), ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat ITS (1993-1995), dan koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa Timur (1995-1999).

Ditanya sesuai kepakarannya, mengenai transportasi di kota Surabaya, lulusan S2 Michigan State University (1983) mengatakan bahwa transportasi di kota Surabaya masih belum layak dan kurang memadai. "akibatnya, pertumbuhan ekonomi terhambat," kata mantan Ketua DPD Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPIJ) Jawa Timur periode 2000-2004 ini singkat.

Untuk jalan keluarnya, menurut laki-laki yang juga anggota dewan penasehat Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) DPD Jawa timur ini harus terlebih dahulu dilihat penyebabnya. "Kebijakan pemerintah kota seperti membangun lingkar barat, lingkar timur dan lingkar tengah menurutnya sudah cukup baik. Namun yang masih jadi permasalahan adalah demand yang masih lebih banyak dari supply," ungkap pria yang pernah menjabat Rektor Universitas Wijaya Putera (2002-2004) dengan seijin rektor ITS ini. Ia mengibaratkan tingginya demand ibarat air yang dituang terus menerus ke dalam cawan (supply), maka air akan tumpah berceceran. "Untuk itu perlu dilakukan demand management," katanya

Jumlah kepemilikan kendaraan di Surabaya terus meningkat, bahkan 72 persen dari keseluruhan kendaraan pribadi adalah sepeda motor. Menurutnya ini dipicu oleh kurang minatnya masyarakat dengan kendaraan umum. "Sepeda motor dianggap masyarakat lebih flexible karena langsung dari rumah, sedangkan kendaraan umum masih harus berjalan kaki menuju terminal. Belum lagi transfer kendaraan untuk tujuan tertentu yang cukup merepotkan," jelas mantan ketua IKA ITS (1976-1980) ini.

Sementara itu, memasuki masa purna tugasnya ini, dikatakannya adalah suatu kebanggaan tersendiri karena telah dapat mengabdi selama itu di ITS. "Saya merasa senang dan bersyukur dapat mengabdi selama 37 tahun di ITS," kata Pak Pin sambil tersenyum bangga. Sedangkan untuk rencana kedepan setelah purna tugas, Pak Pin mengaku belum ada rencana konkret. "Setelah ini saya ingin istirahat," ujarnya menutup pembicaraan. (asa/bch)

Berita Terkait