ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Perguruan Tinggi yang Kuat Harus Ditopang dengan MIPA yang Kuat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tanpa keseimbangan itu, maka akan tidak bisa kita mengatakan kalau perguruan tinggi itu kuat. Demikian disampaikan Mohammad Nuh dalam sambutan pembukaan Lokakarya dan Pertemuan MIPA-Net se-Indonesia di Kampus ITS, Selasa (12/10) siang. "Karena itu orang-orang MIPA harus menghilangkan perasaan minder atau kecil hati didalam pergaulan, karena sikap itu justru akan mempersulit diri untuk maju," katanya.

Dikatakannya, sebagai orang yang bergelut didalam bidang ilmu-ilmu murni, tidak seharusnya orang-orang MIPA merasa kecil atau minder, karena sesungguhnya MIPA merupakan sesuatu yang memang harus dikuasai oleh siapa pun. "Saya ingin mengungkapkan tidak benar kalau minat yang ingin masuk fakultas atau jurusan yang berada di MIPA itu berada di peringkat paling bawah. Saya punya angka-angka kalau Jurusan Statistika berada pada rangking ke 6, kemudian matematika berada di peringkat 7. Sementara berturut-turut di peringkat 8, 9, dan 10 diduduki oleh Teknik Mesin, Arsitektur dan Teknik Sipil," katanya.

Yang kini harus dikerjakan orang-oprang MIPA, katanya menambahkan, membawa pemahaman kepada masyarakat bahwa MIPA itu dibutuhkan oleh semua orang, karena itu harus bisa mengemasnya agar pemahaman itu benar-benar terbentuk di masyarakat. Secara berkelakar Nuh mengungkapkan, jangan sampai MIPA yang memang benar-benar dibutuhkan oleh setiap orang diperlakukan seperti nasi pada sebuah pesta, yang karena sudah terbiasa dan memang menjadi kebutuhan dianggap biasa saja dan tidak ada yang mau menyentuh di banding dengan makanan lain. "Tentu orang-orang MIPA tidak menginginkan itu, itu sebabnya kebutuhan untuk membangun jejaring atau networking memang dibutuhkan," katanya.

Kenapa MIPA butuh networking? Pertama, kata mantan direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ini menjelaskan, berkait dengan keinginan untuk mengoptimalkan dampak yang lebih besar lagi terhadap program-program ke-MIPA-an. Ini hanya dapat dilakukan melalui penguatan jejaring atau networking. "Kedua, kita tidak menginginkan di dunia MIPA berantakan karena ketidak samaan pandang terhadap keilmuan yang membangun MIPA," katanya.

Pertemuan MIPA-Net selama dua hari ini selain akan membahas tentang berbagai aspek ke-MIPA-an dalam perannya di sektor pembangunan juga akan memilih kepengurusan MIPA-Net periode 2004-2006. "Ada beberapa kegiatan dalam rangkaian pertemuan ini, diantaranya berupa pameran dan presentasi karya terapan para pengelola MIPA yang memang layak dicontoh. Melalui pameran ini kami berharap dapat memicu pengembangan dan implementasi ilmu-ilmu MIPA di masyarakat," kata MIPA-Net, Dra Agnes Tuti Rumiati M.Sc.

Sementara itu Sekjen MIPA-Net periode 2002-2004, Prof Maman, Guru Besar Matematika ITB mengatakan, pertemuan yang dilakukan saat ini jangan dipandang tidak mempunyai nilai strategis, karena apa yang dibicarakan sekarang merupakan sesuatu yang bisa dilihat hasilnya 20-30 tahun mendatang. "Jadi janganlah berpandangan hanya jangka pendek, sebagai sebuah proses kultural, maka yang berkait dengan persoalan pendidikan ke-MIPA-an harus mulai dipikirkan dari sekarang," katanya.

Maman menjelaskan, kekurangan dari para dosen atau guru MIPA saat ini adalah karena saat memberikan materi hanya sebatas bagaimana mereka menyampaikan, tidak disertai dengan hal-hal yang bisa diterapkan di lapangan. "Inilah persoalan yang harus segera di atasi, dank arena itu sudah saatnya kita mencoba menggalakkan program back to nature didalam mengembangkan program-program ke-MIPA-an," katanya. (Humas/bch)

Berita Terkait