ITS News

Selasa, 23 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Pengusaha Harus Perhatikan Etika Lingkungan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam seminar yang diadakan Sabtu (5/2) kemarin, Prof Ir Johan Silas membawakan materi bertema"Etika Petaruh dalam Proses Pembangunan yang Berdampak Lingkungan". Johan Silas menyebut para pengusaha sebagai petaruh. " Sebab mereka bertaruh dengan modal dan usaha mereka untuk mencapai hasil yang terbaik. Tentu saja pertaruhan ini tak sama dengan dengan yang dilakukan para penjudi," terangnya.

Salah satu peserta sarasehan menanyakan apa yang harus dilakukan ketika kita susah payah menuruti etika namun orang lain tidak mengindahkan etika itu. "Kita tidak perlu menunggu orang lain. Kita harus memulainya dari sendiri" jelas Silas. Pakar tata kota ITS ini menyatakan perhatian masyarakat pada etika lingkungan masih rendah. Ini karena banyak yang mengganggapnya sebagai hal yang remeh.

Guru Besar Arsitektur ini memberikan beberapa contoh tindakan untuk melestarikan lingkungan yang sudah dilakukan diluar negeri. "Ini adalah contoh untuk mengurangi limbah. Dengan kertas sampul seperti ini bisa dipakai hingga 60 kali" jelasnya dengan menunjukkan foto sampul dengan 60 kotak untuk menulis nama tujuan surat.

"Perusahaan diluar negeri menggunakan sampul seperti ini untuk surat antar kantor. Begitu selesai nama tujuan diatasnya di coret sehingga bisa dipakai lagi. Sampul ini dipakai 60 kali baru jadi sampah," jelas mantan penasehat Menteri Lingkungan Hidup ini.

Beberapa etika lingkungan yang penting menurut Silas adalah menghargai biodiversity. " Semua yang ada di lingkungan ini berhak untuk hidup. Dengan semakin banyak makhluk hidup yang ada sebakin baik kualitas lingkungan itu" terangnya.

Perusahaan juga harus meninggalkan pemikiran uang disebut Silas ‘end of pipe production’ dan menggantinya dengan ‘clean production’. "Perusahaan tak bisa lagi menganggap bahwa begitu selesai produksi ya sudah selesai, lalu membuang limbah sembarangan. Mereka harus juga memikirkan pengolahan limbah" jelasnya.

Prof Silas menyayangkan kurangnya perhatian dari masyarakat. "Banyak yang menganggap bahwa lingkungan itu tidak bisa bermanfaat. Padahal bila kita lestarikan dan dirawat dengan dengan baik bisa bermanfaat" jelasnya sambil menunjukkan foto taman kota Penang di Malaysia yang dijadikan objek rekreasi. "Sayang hutan kota seperti ini belum ada di Surabaya. Kalau di ITS sih ada" katanya. (rif/rin)

Berita Terkait