ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

PENANGANAN SAMPAH HARUS LIBATKAN MASYARAKAT

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Masalah lingkungan hidup terutama sampah adalah hal yang tidak pernah berhenti dibahas. Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia ,Sabtu 5 Juni, Teknik Lingkungan ITS menggelar diskusi publik dengan tema pengelelolaan sampah dengan melibatkan masyarakat. Hadir sebagai pembicara dalam diskusi publik ini mereka yang peduli akan penanganan masalah sampah ini, yaitu aktivis lingkungan dari LSM Sahabat Lingkungan Drs H Satrijo Wiweko, dosen Teknik Lingkungan Ir Ellina Pandebesie dan wakil dari Dinas Kebersihan Ir Aditya Nugroho.

Menurut Ellina, berbagai cara yang ditujukan untuk mengatasi sampah tidak berjalan dengan dengan baik. Ellina mencontohkan bak sampah yang dibuat untuk memisahkan sampah organik dan anorganik. "Bak sampah ini hanya di cat berbeda warna, biru dan kuning saja namun sampahnya masih dicampur. Padahal pemisahan ini penting untuk pengolahan sampah selanjutnya," jelasnya. Pembakaran sampah dengan incinerator juga tidak efektif karena selain butuh biaya besar ternyata pembakarannya tidak sempurna dan menghasilkan polusi udara.

Ellina juga menunjukkan foto-foto pencemaran yang terjadi di Surabaya misalnya di sepanjang saluran di Rungkut Kidul yang sangat parah dan diperparah dengan banyaknya warga yang membuang sampah di kali itu. Ia juga menceritakan warga sekitar TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang mengeluh kerena air sumurnya yang tercemar.

Sementara itu Drs Satrijo Wiweko menceritakan pengalamannya menangani sampah dengan melibatkan masyarakat di Kelurahan Karah. Di sana Satrijo membina warga sekitar untuk memilah sampah organik dan anorganik, lalu mengolah sampah organik menjadi kompos sementara sampah anorganik seperti plastik dan kertas dikumpulkan untuk dimanfaatkan kembali. "Dengan program ini kami berhasil mengurangi sampah yang dibuang ke TPA sebanyak 60 %," jelas aktivis lingkungan yang juga mahasiswa S2 Teknik Lingkungan ini.

Penanganan sampah dengan melibatkan masyarakat ini menurutnya harus dijadikan progran utama penanganan sampah karena sudah tidak bisa lagi mengandalkan TPA yang ada. "Sejak di tutupnya TPA Keputih, Surabaya hanya memilki satu TPA yaitu di Benowo. TPA Benowo yang luasnya hanya 28 ha itu pun sudah tidak bisa lagi menangani sampah Surabaya yang sangat banyak," jelas Aditya, wakil dari pemkot, menambahkan keterangan Satrijo.

Sampah, menurut Satrijo bila dikelola dengan baik malah bisa mendatangkan keuntungan, terutama kepada msyarakat sekitar. Selain itu juga bisa mengurangi beban kota Surabaya. "Namun hal ini tidak mudah, selain membutuhkan komitmen masyarakat juga membutuhkan konsistensi dari pihak yang menjadi pendamping," ujar Kokok, panggilan akrab Satrijo, menerangkan. Menurutnya medidik masyarakat peduli dengan masalah sampah tidaklah mudah. Misalnya untuk merubah pandangan sebagian besar masyarakat Surabaya yang mnganggap bahwa hanya dengan membayar retribusi Rp 3000 saja mereka sudah ikut menangani sampah.

Selain itu juga tidak boleh dilupakan kerjasama dengan pihak lain. Antara lain dengan Dinas Pertamanan, untuk menampung kompos hasil pengolahan warga. Kebijakan Pemerintah yang peduli terhadap lingkungan juga menentukan.(rif/har)

Berita Terkait