ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Peluang Usaha di Bidang IT Masih Terbuka Lebar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar bertajuk Mengungkap Peluang dan Potensi Lulusan S1 Teknik Informatika ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika ITS di Teater C ITS. Selain dari jurusan Teknik Informatika sendiri, pembicara juga berasal dari pelaku bisnis di bidang IT.

Tampil sebagai pembicara pertama Prof Riyanarto Sarno yang banyak bercerita tentang persaingan di industri software. Prof Riyanarto menggambarkan industri software terbagi menjadi industri software untuk kalangan umun , seperti sistem operasi, dan software untuk kalangan khusus seperti software berbahasa Indonesia.

Guru Besar Teknik Informatika ini menyarankan industri software Indonesia tidak bersaing di pangsa pasar untuk konsumen global. "Kita tidak mungkin bisa bersaing dengan Microsoft yang mempunyai karyawan berjumlah ribuan orang. Untuk itu sebaiknya kita bergerak di pembuatan software untuk pangsa pasar khusus," jelasnya.

Riyanarto mencontohkan pembuatan software untuk menghitung pajak penghasilan. "Pembuat software Australia misalnya, tidak mungkin bisa membuat software seperti ini, sebab peraturan pajak tiap negara berbeda," terangnya.

Sementara itu sebagai pembicara kedua dihadirkan dosen Matematika ITS yang juga pengusaha IT sukses Soehardjoefri M.Si. Pemilik lima perusahaan ini berbagi kiatnya untuk menjadi seorang wirausahawan sukses di bidang IT.

Soeharjoepri menyatakan kegagalan dalam usaha itu biasa. "Kegagalan itu boleh tetapi yang tidak boleh itu adalah takut untuk mencoba," jelas pria asal Jember ini. Ia mencontohkan Thomas Alpha Edisson yang baru berhasil membuka pabriknya pada usia 50 tahun.

Menurut Soeharjoepri peluang usaha di bidang IT masih terbuka. "Jangan takut mencoba walaupun tak punya modal. Yang terpenting adalah networking," jelasnya. Ia lalu menceritakan pengalaman awalnya berusaha dengan membangun relasi.

Pembicara ketiga dalam seminar ini adalah Fajar Baskoro S Kom, dosen dan peneliti dari Teknik Informatika yang selama ini dikenal dengan produk berbasis SMS. Fajar banyak berbagi pengalamannya dalam pembuatan sotware dan layanan berbasis SMS.

Menurutnya, peluang untuk menyediakan layanan berbasis SMS dan layanan mobile lainnya masih terbuka lebar. Layanan ini misalnya game berbasis Java, kuis SMS, informasi skor bola dan lain sebagainya.

Keuntungan dari layanan ini biasanya dibagi antara 40 hingga 60 persen antara provider dan penyedia content. Fajar mencontohkan layanan berbasis SMS yang sangat sukses misalnya kuis SMS AFI. " Dalam seminggu ada ratusan ribu orang yang mengikuti kuis SMS . Padahal biaya satu kali kirim Rp 2000. Kalau satu musim 10 minggu keuntungannya tentu sangat besar," jelas dosen berkaca mata ini.

Untuk meningkatkan akses dan memudahkan pemasaran, penyedia konten SMS dapat meminta ‘shortcut number’ kepada provider seluler. ‘Shortcut number’ ini berupa nomer telepon empat angka yang memudahkan pengguna untuk mengingat dan menggunakan layanan kita. "Namun ini tidak mudah. Biasanya provider menyaratkan minimal keuntungan per bulan dari layanan ini sebesar 20 juta rupiah. Selain itu kita juga perlu mendaftarkan shortcut number yang berbeda untuk tiap provider," ujar Fajar di akhir penjelasannya. (rif/rin)

Berita Terkait