ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Pameran Pendidikan Jerman, Membuka Cakrawala Baru Mahasiswa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dukungan penuh pemerintah Jerman melalui Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD) terhadap dunia pendidikan Indonesia makin nyata.

Kalau di ITS lebih bersifat satu arah maka di sana lebih interaktif. Di sana pengunjung bebas mengajukan pertanyaan dan meminta informasi tentang studi di Jerman. Selain ada berbagai stand universitas ada pula stand organisasi alumni Jerman, semacam Perhimpunan Alumni Jerman (PAJ) dan ‘EinTopf’ Surabaya. "Kami ingin banyak orang Indonesia yang studi di sana," ujar Dr. Monika J. Wizeman ketika ditanya harapannya dari kegiatan ini.

Jerman memiliki tradisi dan sejarah yang kuat dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, dan penelitian. Sistem pendidikan Jerman yang sepenuhnya gratis mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, membuat negara ini maju pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Lembaga perguruan tinggi yang jumlahnya mencapai 323 institusi, berusaha semaksimal mungkin memberikan pelayanan pendidikan bagi warganya. Jumlah warga pendatang mencapai 9 % dari 83 juta penduduk Jerman. Sebagian besar di antaranya adalah pelajar. "Kami ingin lebih banyak lagi mahasiswa Asia yang sekolah disana, " ujar Prof. Dr.-Ing. Axel Hunger, wakil Duisburg Universitat.

Kalau di masa lalu terasa sangat sulit bagi mahasiswa untuk mencari beasiswa ataupun sponsor guna studi lanjut di sana. Kini, pemerintah Jerman melalui DAAD berusaha menjadi fasilitator dengan menyediakan beasiswa dan berbagai bantuan akademis lainnya agar mahasiswa Indonesia dapat studi lanjut di sana. Sebenarnya semenjak dibukanya cabang DAAD akhir 80-an di Jakarta, diharapkan akan lebih banyak mahasiswa Indonesia yang tertarik. Namun masih saja kalah dalam jumlah kuantitas lulusan dibanding negara lain semisal, Jepang, Amerika dan Inggris.

Memang ada beberapa perbedaan karakteristik sistem pendidikan di Jerman dengan negara maju lainnya. Kalau negara lain memiliki 3 strata semisal, S-1, S-2, dan S-3; maka Jerman hanya memiliki 2 strata yaitu Dipl. -Ing dan Dr. –Ing. Yang jadi permasalahan adalah gelar Dipl. –Ing yang sampai kini belum mendapat pengakuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi. Dipl. Ing ini dianggap memiliki derajat keilmuan lebih tinggi dari S-1 namun lebih rendah dari S-2.

Namun perbedaan ini sudah ditutupi dengan dibukanya program Master International di beberapa universitas terkemuka di Jerman. Kalau dulu banyak mahasiswa kita ‘jatuh’ pada kendala bahasa, kini, sudah banyak pula program pendidikan yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. "Nah, kalau sudah begini buat apa lagi ragu," ujar Isnain salah satu pengunjung. (m4/li)

Berita Terkait