Kompetisi penguasaan materi ilmu kimia yang diselenggarakan di Graha Sepuluh Nopember tersebut diikuti ratusan siswa SMU se-Jawa Bali.

Ketua jurusan Teknik Kimia, Dr R Y Perry Burhan MSc mengungkapkan, olimpiade merupakan sarana memacu perkembangan ilmu kimia. "Melalui acara ini, kami ingin mengukur sejauh mana perkembangan ilmu kimia di SMU. Selama ini masih ada anggapan kimia itu dianggap momok, kaku dan sulit diterima. Ini terjadi karena ada gap antara pengajaran di perguruan tinggi dengan SMU," ujar Perry.

Gap itu, lanjut Perry, karena kurangnya kemampuan dan penguasaan pengajaran kimia. "Sering kali guru tak bisa memvisualisasikan apa yang mereka ajarkan. Karena itu, kalau siswanya saja tak mengerti, bagaimana mereka akan menyukainya," ungkapnya.

Selain itu, kata Perry, dengan olimpiade kimia itu, akan diketahui seberapa jauh perbedaan antara pengajaran di perguruan tinggi dan bangku SMU. "Sering terjadi, kami ajarkan pada materi ini, ternyata di SMU belum diajarkan. Ini kan timbul gap, dan mahasiswa tak cepat mengerti. Atau justru sebaliknya, kami ajarkan sampai materi tertentu ternyata, mereka sudah menerima itu di SMU dengan lengkap, itu juga mubazir jadinya," imbuh Perry.

Karena itu, agar terjadi komunikasi dua arah, digelarlah olimpiade yang sekaligus memperingati 20 tahun berdirinya jurusan kimia ITS itu. "Saya berharap event semacam ini mampu menghasilkan pelaku kimia yang ahli, tidak saja bagi dirinya tapi bisa membuat tertarik orang lain," tandasnya.

Ketua panitia, Dian Maulina menambahkan olimpiade yang sudah dipersiapkan setahun sebelumnya itu memperebutkan piala Mendiknas dan tabungan."

Acara ini diikuti 153 regu dengan jumlah tiap regunya dua orang. Mereka yang lolos dalam babak penyisihan akan langsung diseleksi final sampai akhirnya dipilih tiga terbaik," jelas mahasiswa semester empat itu. Bagi yang berhasil meraih predikat tiga terbaik tersebut, dijanjikan masuk ITS jalur PMDK secara gratis.(tof)