ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

NONTON BARENG FILM KETIKA, DESPRO UNDANG DEDDY MIZWAR.

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Beberapa tahun terakhir ini, perfilman Indonesia tampak hidup lagi, setelah 12 tahun lamanya absen dari mata penikmat film Indonesia. Saat ini, kebangkitan film Indonesia dapat ditandai dengan munculnya sineas-sineas muda. Karenanya, minggu lalu telah pula digelar Festival Film Indonesia untuk memberikan penghargaan kepada para insan perfilman lokal serta menunjukkan eksistensi film Indonesia pada masyarakat.

Berbagai cara pun dilakukan untuk menanamkan kecintaan pada produk dalam negeri, termasuk film. ITS sebagai salah lembaga pendidik yang bertugas mencetak pemimpin bangsa ini tidak tinggal diam. Desain Komunikasi Visual dari jurusan Desain Produk Industri FTSP menggelar kuliah tamu dan apresiasi film bertema Film Indonesia Bangkit. Acara tersebut dihadiri Deddy Mizwar, dua tokoh penting lainnya adalah Joko Iriyanto Hamid dari PARSI Jatim dan Diah Katarina, Ibu Walikota Surabaya.

Munculnya fenomena yang melanda generasi muda mengenai kegemaran menikmati tontonan film-film impor hingga hampir menjadi trade mark bagi kaum muda sekarang, kian meresahkan banyak pihak mengingat dampaknya yang sangat buruk. Anehnya, badan penyensor film-film impor tersebut juga lalai menjalankan tugasnya.

Menanggapi fenomena diatas, Deddy Mizwar punya pendapat lain. Dia tidak setuju jika film Indonesia kalah pamornya dengan film impor. Menurutnya ada beberapa indikator untuk menunjukkan hal tersebut. Pertama yaitu jumlah penonton film Indonesia, dari waktu ke waktu, bertambah. "Berarti kan, masyarakat kita mulai mencintai produk dalam negeri," ujar pria yang ikut membintangi filmnya sendiri.

Lalu, Deddy juga sempat mengetahui perbandingan jumlah penonton film Indonesia ketika meledak di negara ini dengan jumlah penonton film impor, yang pada saat itu juga ikut meledak di pasaran. "Ternyata konsumen film Indonesia lebih banyak dari penikmat film impor, saat keduanya sama-sama booming," katanya dengan nada meninggi. Hal itu menandai kecenderungan bahwa perfilman Indonesia semakin membaik.

Mengenai ide cerita film Ketika, Deddy mengaku, kalau dia mengambilnya dari kenyataan yang terjadi di tengah bangsa kita. Ide cerita film bisa bersumber dari manapun, terutama dari lingkungan sekitar. Juga tergantung kepekaan dari pembuat film. Karena menurutnya, film sebagai salah satu alat ekspresi atau penyaluran kreativitas seseorang yang peka terhadap situasi di sekelilingnya dan ingin menyampaikan sebuah pesan moral pada penikmat film lainnya.

Sebelum kultam dimulai, peserta disuguhi tontonan film Ketika, yang sebenarnya akan ditayangkan 16 Desember nanti. Menurut rencana, acara kultam berlangsung selama dua jam, mulai pukul 10.00-12.00 WIB, sedangkan pemutaran film diberi jatah setengah jalan saja dari durasi film selama dua setengah jam karena Deddy Mizwar harus bertandang ke Unitomo. Tetapi karena antusias peserta yang mayoritas mahasiswa sangat besar, terpaksa panitia melanjutkan pemutaran film tersebut sampai akhir cerita.(ard/tov)

Berita Terkait