ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Nasehat Aa Gym: Introspeksi diri dan berdakwah kreatif

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sejak pukul 09.00 wib Masjid Manarul Ilmi sudah dipenuhi oleh Jamaah. Karena banyaknya peserta, panitia harus menyediakan tenda tambahan di bagian selatan dan belakang serambi masjid. Aa' Gym baru tiba ke kampus ITS sekitar satu setengah jam kemudian. Setelah mampir sebentar di gedung Rektorat, Aa' Gym berangkat berjalan kaki bersama Rektor ITS Prof Ir Mohammad Nuh, DEA menuju Masjid Manarul Ilmi. Sesampainya di masjid, Aa' Gym langsung disambut oleh para jamaah yang sejak pagi menunggunya.

Tausyiah yang disampaikan Aa' Gym cukup singkat, hanya sekitar satu jam. Dalam tausyiahnya itu, da'i asal Bandung itu banyak menyinggung tentang interospeksi dan evaluasi diri. Menurut Aa' Gym, manusia seharusnya lebih sering melihat keadan kita sendiri daripada melihat orang lain. Kita juga tidak perlu marah bila ada orang yang mengkritik atau mengatakan kekurangan kita. "Sebaliknya kita harus senang karena ada orang yang dengan sukarela selalu memperhatikan kita," terangnya disambut dengan tawa oleh para jamaah.

Aa' Gym sempat menceritakan tentang pengalamannya belajar terjun payung. Menurut Aa' Gym, banyak hal yang bisa diambil dari sana. "Di hari saat terjun, saya merasakan begitu dekat dengan kematian. Saya jadi semakin bersikap ramah pada istri. Pada malam harinya pun saya sholat tahajud dan saya terus berdzikir sampai di pesawat. Siapa tahu parasut saya tidak bisa terbuka, dan ini menjadi hari terakhir saya hidup," jelasnya. Kekhawatirannya makin bertambah karena ia harus terjun pertama .

"Awalnya saya sempat khawatir kalau parasutnya tidak terbuka. Apalagi saat itu saya meluncur dengan kecepatan 300 meter per detik. Alhamdulillah, akhirnya semua berjalan lancar," ceritanya. Dari pengalaman ini, dapat dia simpulkan bahwa manusia akan merasa sadar akan kesalahan dan kekurangan kita bila merasa dekat dengan kematian.

Salah satu jamaah bertanya tentang cara menangani penyakit sombong kepada Aa' Gym, yang merupakan salah satu da'i terkenal di Indonesia. Menurut Aa' Gym, kesombongan itu ditandai dengan dua hal, yaitu menolak kebenaran dan menganggap rendah orang lain. Maka agar tidak menjadi sombong maka kita harus menjauhkan hati kita dari kedua hal tersebut.

Seorang jamaah lain bertanya tentang cara metode dakwah yang tepat, sebab selama ini dakwah Islam cenderung dinilai bersifat eksklusif. Aa' Gym menjawab masalah ini dengan menceritakan pengalamannya. "Saya sudah berdakwah mulai tahun 1986. Hampir semua metode sudah saya coba, mulai dari dzikir, dakwah keliling dan sebagainya. Akhirnya saya bisa simpulkan bahwa kita tidak boleh hanya melihat dakwah ini dari sudut pandang kita sendiri. Kita juga harus melihatnya dari sudut pandang orang lain," jelas ayah dari tujuh anak ini.

Dai kondang itu lalu menceritakan pengalamannya saat berdakwah di kalangan tentara. "Saya juga belajar mengendarai tank, terjun payung dan menembak, sampai dapat brevet menembak. Sehingga saya bisa diterima di kalangan tentara," terangnya.

Dakwah juga harus dikemas dengan baik dan penuh kreativitas. Aa' Gym lalu mencontohkan penjual durian. "Kalau penjual duriannya menjual dengan cara yang kasar, meski duriannya manis pasti tidak ada yang membeli. Sebaliknya meskipun durian busuk kalau dijual dengan cara yang menarik pasti akan dibeli," jelasnya serius.

Tausyiah ini diakhiri dengan dzikir dan muhasabah oleh Aa' Gym. Rektor ITS Prof Ir Mohammad Nuh, DEA menyempatkan untuk menyerahkan kenang-kenangan berupa pin. Setelah acara itu Aa' Gym menyempatkan untuk melayani permintaan jabat tangan dari para jamaah.(rif/tov)

Berita Terkait