ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Motivasi Langsung Dari Reza Syarief

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Graha ITS kembali dijejali massa. Mereka datang bukan untuk diwisuda seperti dua minggu lalu, namun datang dengan keinginan termotivasi oleh salah satu motivator kondang Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Reza Syarief, motivator yang tiap Minggu tampil di layar kaca ini, datang ke ITS dalam acara Seminar Motivasi ‘Be The Best’ hari ini. Tak tanggung-tanggung, Rektor ITS pun turut serta memberikan motivasi pada peserta.

"Saya ingin lulus dengan IPK 3,50 serta berpenghasilan Rp. 10 juta setiap bulannya pada tahun 2004, " seru Yusuf lantang. Selain itu, mahasiswa UNTAG ini juga berharap mampu sekolah S2 Harvard Univercity tiga tahun lagi. Harapannya ini diucapkan lantang dalam sesi motivasi diri dihadapan 400 peserta lainnya.

"Sah-sah saja, " ujar Reza Syarief menanggapinya. Cita-cita tersebut tentunya harus dibarengi kerja keras, syarat Reza. Meraih cita-cita itu merupakan motivasi yang paling utama. Tentunya harus diimbangi faktor lainnya, seperti kapasitas dan potensi diri.

Potensi diri ini, kata mantan dosen Sekolah Penerbangan Curug, setidaknya ada beberapa faktor yang berpengaruh penting. IQ, EQ, SQ , dan MI merupakan faktor-faktor tersebut. Kalau IQ berbicara kemampuan memcahkan persoalan secara akademis. "Pada dasarnya semua anak itu pintar, namun orang tua-lah yang bertanggung jawab mengembangkan atau mematikan kepintaran tersebut, " papar Reza.

EQ atau emotional quotient menekankan kemampuan menguasai emosi. Baik itu emosi dalam diri sendiri maupun dalam diri orang lain. "Hitler dan Mussolini, walau jahat, mereka diakui memiliki EQ yang sangat tinggi, " sanggah pria yang mirip Adam Jordan ini.

SQ (Spritual quotient) menyoal kemampuan spritual. SQ bukan hanya kemampuan beribadah saja namun kemampuan mengambil hikmah dan menyelesaikan persolan berdasarkan ajaran agama.

Yang terakhir, MI, motivation inteligent. MI berkaitan kemampuan memotivasi diri dan orang lain dalam melakukan aktivitas. Sehingga, tidak sekedar melakukan aktivitas biasa, namun aktivitas yang bernilai prestatif.(ryo/har)

Berita Terkait