ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Mencari Data di Laut Lepas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bagi mahasiswa bidang keahlian geofisika, membaca data seismik itu sudah biasa. Namun, kebayakan mereka tidak mengetahui proses pengambilan data seismik tersebut. Apalagi pencarian data itu dilakukan di laut lepas.

Itulah yang dipaparkan oleh Paul J. Kristianto, Seismic acquistition engineer, Westerngeco, Schlumberger Norway. Dalam pencarian data di laut lepas lebih sukar jika dibandingkan dengan di darat. Alasanya, tidak adanya titik acuan posisi. Kalau berada di darat titik acuannya bisa berupa pohon, gunung, lembah, dan beberapa titik acuan lainnya. "Ini hanya salah satu kendala dalam pencarian data di laut lepas," terangnya.

Dengan semakin berkembangannya teknologi, GPS (Global Position System) menjadi perangkat yang dapat menentukan posisi objek dengan bantuan satelit. Meski begitu dalam pemasangan kabel masih diperlukan kompas. Agar letak pemasangan kabel sesuai dengan area yang akan ditentukan data seismiknya. "Pemasangan kabel ini 7 meter berada di bawah permukaan laut. Dan panjanganya bisa lebih dari 4 km," jelas almuni Fisika ITS ini.

Selanjutnya, agar kabel-kabel yang terpasang itu tidak merapat menjadi satu. Karena pengaruh dari gelombang air laut. Maka pada kabel yang terletak di ujung-ujungnya dipasang monowing. Proses ini memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam untuk salah satu ujung. "Keseluruhan proses pencarian data ini bisa sampai beberapa minggu. Apalagi jika cuaca tidak mendukung" ungkapnya yang harus berada di laut lepas selama 5 minggu.

Sebenarnya kabel-kabel itu mempunyai bagian yang di tanam didasar laut. Fungsinya untuk menerima pantulan gelombang. Pantulan ini disebabkan adanya sumber bunyi yang berupa letusan. Bentuk gelombang pantulan inilah merupakan data yang cari. "Data-data inilah yang kemudian dianalisis," katanya dalam short course yang diadakan oleh Mahasiswa bidang keahlian Geofisika selama 2 hari kemarin(30/11).

Kegiatan ini juga diisi oleh Agus Hernandianto, Manager Jakarta Learning Center, Schlumberger, dan juga di hadiri oleh Hasan Sidi, Student Affair AAPG (America Asscocition Petrolium Geologist) Indonesia. Serta 120 mahasiswa dari berbagai universitas seperti Unsri, Unibraw, UPN Jogjakarta, dan UGM.(rom/bch)

Berita Terkait