ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Melihat Tiga Gelombang di Madagaskar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

'Bibob' begitulah sapaan bagi Muhammad Habibie. Ia merupakan satu-satunya wakil ITS yang berangkat ke Madagaskar,Afrika, mengikuti ekspedisi kapal Borobudur. Ia telah berlayar menggunkan kapal tradisonal tersebut selama 15 hari. Berawal dari Seychlles pada 29 September berlayar menuju Madagaskar.

"Rencana semula kita akan pergi selama 10 hari. Tapi, pada saat berlayar tiba-tiba kita kehilangan angin ditengah laut, sesudah itu 1 dari 2 mesin yang sedang kita jalankan mati,"jelasnya.

Itupun, lanjutnya, masih ditambah dengan perubahan jarak dari tempat yang akan dituju cukup jauh dari perkiraan."kami tempuh itu tidak sesuai dengan rencana. Karena sebelumnya dikatakan bahwa kami akan menempuh jarak 700 mil, tapi kenyataannya jarak yang kami tempuh mencapai 1100 mil," tutur mahasiswa yang pernah ikut Atlantic Challenge di Amerika beberapa waktu lalu.

Pria kelahiran Solo mengarungi lautan bebas bersama 14 awak kapal lainnya.Karena dalam ekpedisi ini bertujuan sebagai napak tilas. Maka kapal yang digunakan juga dirancang secara tradisonal."Untuk ekspedisi kali ini, kapal yang digunakan benar-benar tradisional. Soalnya kapal itu dibangun di abad ke 9," ujar mahasiswa Teknik Perkapalan yang telah berlayar dengan kapal dengan lebar 4,50 m, tinggi 4,25 m, dan panjang 18,20 m ini.

Untuk bisa mengikuti ekspedisi itu, Habibie mengaku dirinya harus melalui berbagai macam seleksi yang tidak mudah. Sebelumnya dia harus membuat essay sebagai salah satu persyaratan pendaftaran. "Essay yang aku buat itu mengangkat tema 'Kebudayaan Memahat Relief Borobudur Sampai Ukiran Jepara'," kata Habibie.

Sedangkan pendaftar yang ingin ikut dalam ekspedisi kali ini mencapai 800 orang. "Dari sekitar 800 pendaftar diambil 40 orang untuk tes wawancara di Kementerian Pariwisata Jakarta. Dari jumlah itu diperkecil lagi menjadi 20 orang untuk tes fisik. Tes fisiknya ini lebih ditekankan pada tes layar selama 2 hari 1 malam," kata alumni SMU Taruna Nusantara.

Tidak cukup sampai di situ. 20 orang yang lolos sampai tes fisik itu diambil 10 orang dan harus menjalani tes selanjutnya yaitu berlayar dengan kapal Borobudur. "Untuk tes yang ini, dibagi menjadi 2 yaitu 5 orang berlayar dari Bali ke Surabaya dan 5 lainnya berlayar dari Surabaya menuju Semarang. Tes ini ditekankan pada kemampuan peserta untuk beradaptasi dengan kapal dan diambil 7 orang yang paling mampu untuk berangkat ke Madagaskar. Ditambah 8 orang bule. Sehingga total yang berangkat ada 15 orang," tambahnya.

Bagi Habibie, pelayaran ini sangat memberinya pengalaman dan pelajaran. "Di Madagaskar, waktu di atas kapal aku sempat lihat paus. Sesudah itu aku juga lihat 3 macam gelombang, yaitu gelombang beriak, gelombang setinggi 8 meter dan pas kehilangan angin, di laut sama sekali nggak ada gelombang semacam gelombang tenang, jadi air laut itu tampak seperti kaca," ujar Habibie yang kini tengah sibuk mengerjakan tugas akhir.(sept/rom)

Berita Terkait