ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Mahasiswa Teknologi Kelautan ITS Bersiap Ikuti Lomba di AS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

SURABAYA – Apa yang dilakukan 20 mahasiswa Teknologi Kelautan ITS ini patut diacungi jempol, dan diberi dukungan. Mereka tengah bersiap mengikuti lomba pembuatan dan pengoperasian kapal dua tahunan bertaraf internasional, yang akan dilangsungkan Juli mendatang. Dalam Atlantic Challenge 2002 yang digelar di negara bagian Maine, Amerika Serikat ini, mereka adalah satu-satunya wakil dari Asia.

Atlantic Challenge 2002 rutin diadakan sejak 1986. Desain kapal yang digunakan tiap negara sama, mengacu pada desain kapal perang Prancis yang ditangkap pasukan Inggris pada Perang Inggris Raya 1796.

Kini, 20 mahasiswa yang rata-rata berusia 20 tahun ini sibuk menyelesaikan pembuatan kapal kayu yang dilengkapi tiang layar. Kapal yang diberi nama Simplicity ini mempunyai ukuran panjang 12 meter, lebar 2,1 meter dan syarat –yaitu ukuran dari bawah sampai water line– 0,7 meter. Nantinya, kapal yang punya tiang layar setinggi sekitar 5 meter ini juga dilengkapi dayung.

"Model maupun ukuran kapal sudah ditentukan dari set yang dikirimkan panitia kepada kami," kata Andjar Ciptandini, yang menjadi koordinator tim.

Katanya, kapal pada lomba yang diikuti 16 peserta dari seluruh negara di kawasan Atlantic ini, bentuk dan ukurannya sama, yang berbeda hanya warna saja.

Andjar mengakui, cukup sulit untuk membuat kapal berukuran 12 meter dan berbahan lima jenis kayu berbeda –yang terdiri softwood maupun hardwood, sesuai dengan ketentuan lomba. Apalagi, baru pertama kali mereka berlaga pada ajang bertaraf internasional seperti itu.

"Biar demikian, saat ini kami sudah menyelesaikan 25 persen dari seluruh proses pengerjaan. Kami perkirakan awal April sudah selesai. Kemudian, kami manfaatkan untuk latihan. Setelah itu, sekitar satu setengah bulan sebelum lomba, kami akan mengirimnya ke Amerika," terang Mongoloi M. Siallagan, yang bertindak sebagai manager produksi.

Kayu yang mereka pilih terdiri dari kayu mahoni untuk kulit, yaitu bagian luar lambung . Kemudian, untuk lunas yaitu bagian bawah kapal, stem (bagian depan kapal) dan stern (bagian belakang kapal), dipilih kayu ulin.

"Layar dan dayung, kita pilih kayu pinus. Biar termasuk hardwood, tapi cukup ringan. Sedang untuk gading (konstruksi yang membentuk bagian dalam kapal hingga melengkung) dipilih kayu nyamplung," sambung Mongoloi, yang saat ini mengaku sedang bingung mencari kayu ulin. Dia menambahkan, bila kayu ulin ini tak kunjung didapat, mereka akan menggantinya dengan kayu merbau. "Kekuatannya kurang lebih sama," jelasnya.

Untuk menyelesaikan kapal kayu itu, mereka juga harus melalui 11 tahapan. "Sekarang sudah tahap ketiga," jelasnya.

Setidaknya, lanjut Mongoloi, dibutuhkan dana sekitar Rp 1,2 M untuk menyelesaikan kapal, mengirimkan ke Amerika, sekaligus biaya kepergian tim yang berjumlah 20 orang ke sana. "Untuk kapalnya saja butuh sekitar Rp 120 juta sampai Rp 150 juta. Belum pengirimannya, belum biaya operasionalnya. Kalau sekarang kami sudah menghabiskan dana sekitar Rp 12 juta. Itu urunan dari kami, sebagian lainnya dari pihak rektorat," ungkap Mongoloi.

Keterangan Mongoloi dibenarkan Pembantu Rektor IV ITS Dr Ir Daniel M. Rosyid. Menurutnya, event bertaraf internasional ini baru pertama kali diikuti mahasiswanya. "Kalau berhasil, ini merupakan kado bagi dunia pendidikan maritim Indonesia. Itu sebabnya, kami sangat mendukung. Bersama anggota Tim ITS Maritime Challenge 2002, kami juga membuka diri bila ada yang berminat menjadi sponsor maupun donatur," terang Daniel. (ani)

Berita Terkait