ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

mahasiswa fisika kritik jurusan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Kami melihat ada beberapa dosen yang mengajarnya kurang dari 75 persen, itu bagaimana,pak," kritik Novin, mahasiswa Fisika angkatan 98. Inilah salah satu kritik dan saran yang disampaikan dalam forum open talk jurusan fisika, Jum’at(16/11).

Forum open talk merupakan salah satu wadah diskusi antara pihak jurusan dan Himpunan Mahasiswa Fisika (Himasika). Dalam forum ini topik yang dibicarakan mulai dari aktivitas dosen mengajar sampai dengan informasi tentang beasiswa.

Mengenai kritik tersebut ketua jurusan Fisika, Drs. Agus Soetijono,MT, mengatakan bahwa kebijaksanan dari pihak institut tidak akan memperbolehkan matakuliah yang diajarkan oleh dosen yang kurang dari 75 persen tidak akan di ujikan. Hal serupa juga berlaku bagi mahasiswa yang absennya kurang dari 75 persen tidak diperkenankan untuk mengikuti ujian akhir."Hal tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku," jelasnya.

Semenatra itu, mengenai pemanfaatan peralatan laboratorium dan infrastruktur yang ada. Menurut sebagian mahasiswa proses perizinannya "mbulet". Namun, menurut Pak Agus, ini dilakukan untuk mengetahui kejelasan mahasiswa yang memanfaatkan peralatan laboratorium tersebut."Proses ini sebenarnya, untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawab jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan," ungkap dosen yang pernah kuliah di UI ini.

Disamping itu, pihak jurusan juga memberikan kabar gembira tentang beasiswa bagi mereka yang berprestasi. Walaupun permasalahan ini masih dibicarakan dalam forum antar dosen.

Kabar gembira yang lainnya, dari dosen yang alumni Jerman, Dr.Agus Rubiyanto dan Dr. Triwikantoro, menginformasikan bahwa para mahasiswa yang berkeinginan untuk melanjutkan meneruskan kuliah S-2 dibidang Fisika, Teknik Informatika, dan Engenering science mempunyai peluang yang besar untuk kuliah di Jerman. Informasi ini diperoleh oleh mereka (Dr.Agus Rubiyanto dan Dr. Triwikantoro, red) dalam temu alumni Jerman beberapa minggu yang lalu.

Dari keseluruhan open talk ini perlu adanya realisasinya, baik dari pihak jurusan maupun mahasiswa. Jika tidak open talk ini akan menjadi hal sia-sia belaka. (rom/rif)

Berita Terkait