ITS News

Senin, 29 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Lupa Jadwal Seleksi, Malah Jadi Mawapres

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

IPK selalu diatas 3,50; mahir berbahasa inggris dengan kemampuan komunikasi tanpa tandingan, para juri mawapres jelas tak perlu pusing memilih gadis muda ini sebagai mawapres kategori D3 tingkat institut. Retno Prasetyowati, mahasisiwi D3 Statistik angkatan 2001 ini memang telah menunujukkan "bakat"-nya di bidang akademis sejak awal perkuliahan.

"Saya sering mempelajari ulang kuliah yang diberikan dosen" ujarnya. Mahasiswi kelahiran Jombang, 31 Januari 1984 ini juga anti sks (sistem kebut semalam) saat ujian. Walau begitu, ia tidak membatasi dirinya untuk berkarya di bidang organisasi, terbukti saat ini ia tercatat sebagai anggota aktif himpunan mahasiswa jurusannya. Saat ini Retno menjabat anggota Dewan Perwakilan Kelas (DPK) Himasta.

Kemampuannya diuji saat jurusan Statistik mendaulat dirinya sebagai mawapres untuk berlomba di tingkat fakultas, yaitu fakultas MIPA. Dengan bantuan dosennya, Ibu Destri Susilaningrum, ia pun menyusun karya tulisnya yang berjudul "Studi Pengelompokan Susu Balita Berdasarkan Komposisi Gizi dan Harga Jual". Ia pun menjelaskan bahwa karya tulis ini merupakan tugas akhir seniornya yang telah ia revisi ulang bersama dosen pembimbingnya itu. "Supaya isinya lebih representatif" ujar alumnus SMUN 1 Bandar Kedungmulyo, Jombang sambil tersenyum.

Diakuinya, saat uji presentasi karya tulisnya di tingkat fakultas, ia sangat gugup. Padahal, ia telah mempersiapkan tes itu jauh-jauh hari. Dengan mengerahkan seluruh kemampuannya, ia pun akhirnya lolos menjadi wakil fakultas MIPA dalam Pemilihan mawapres di tingkat Institut.

Menyoal pengalamannya saat seleksi tingkat institut, Retno memiliki pengalaman unik. Ceritanya, ia sama sekali tidak tahu jadwal kegiatan seleksi tersebut. Sampai pada hari H, Retno baru sadar ketika ditelfon oleh reman kuliahnya. "Andai saja temanku tidak menelepon pagi itu, aku nggak akan jadi mawapres seperti sekarang, " ujarnya sambil tertawa. Walhasil, ia pun segera mencetak hard copy presentasinya dalam waktu tak kurang dari satu jam. Dengan mengandalkan ingatan akan karya tulisnya, ia pun langsung menghadap dewan juri.

Mengingat persiapan yang cukup dadakan, ia pun tak muluk-muluk menargetkan mawapres institut bisa disandangnya. Namun sikap itulah yang membuatnya melupakan ketegangan saat presentasi. Tak disangka, Retno ternyata berhasil menjadi mawapres. "Rasanya seneng banget, nggak nyangka" ujarnya mengenang.(ftr/ryo)

Berita Terkait