Aksi dimulai dari long march dari beberapa tempat seperti kawasan Bambu Runcing, Taman Bungkul, dan Kampus FK UNAIR sampai akhirnya terkonsentrasi di Gedung Grahadi. Para peserta aksi melanjutkan dengan melakukan orasi, evaluasi dan refleksi jalannya pemerintahan Megawati-Hamzah Haz.

Demo yang diikuti sekitar 300 mahasiswa ini, sempat memacetkan jalur lalu lintas di seputar Jalan Tunjungan dan Jalan Basuki Rahmat karena mahasiswa menempati dua ruas jalur depan Grahadi.

Koordinator Lapangan (Korlap) BEM se-Surabaya, M. Khadafi, menuturkan bahwa aksi ini murni merupakan gerakan mahasiswa yang kecewa dengan pemerintahan Megawati-Hamzah Haz. Mereka dinilai gagal menjalankan agenda reformasi pasca Soeharto dilengserkan lima tahun yang lalu.

Berdasarkan selebaran tentang keputusan Sidang Kongres Mahasiswa Indonesia (KMI) di Depok, 2-4 April lalu, hanya ada satu poin visi reformasi yang dinilai telah dilakukan, yaitu amandemen UUD 1945. Sementara pencabutan dwi fungsi TNI/Polri, penegakan supremasi hukum, pemberian otonomi daerah, dan agenda reformasi lain dinilai belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

"Berdasarkan hasil evaluasi dari jalannya pemerintahan selama ini, kami berkesimpulan bahwa pemerintahan Megawati-Hamzah Haz telah mengkhianati misi reformasi yang dulu mereka janjikan", ujar Sekjen BEM ITS ini.

"Hanya ada dua pilihan bagi rezim Megawati-Hamzah Haz, melanjutkan misi reformasi atau lengser", lanjutnya.

Aksi kali ini,pihak kepolisian menilai berlangsung tertib meski masih ada kekhawatiran akan terjadi bentrok antar aparat dan mahasiswa. Karena itu, pihak kepolisian tetap siaga penuh membentuk pagar betis di depan Grahadi.

Aksi ini juga menjadi tontonan warga metropolis yang kebetulan melintas di kawasan Grahadi. Karena memang tidak ada pihak resmi yang ingin ditemui, mahasiswa kemudian berdialog dengan pihak kepolisian tentang reformasi yang dinilai telah dikhianati selama ini.(M1/rom)